Ragam Tradisi Muslim Amerika Sambut Ramadan

By , Senin, 30 Juni 2014 | 19:05 WIB

Seiring dimulainya bulan suci Ramadan pada 28 Juni, para Muslim di Amerika dari berbagai latar belakang di seluruh negeri berkumpul di masjid-masjid dan rumah-rumah untuk sahur, berbuka puasa, salat tarawih berjamaah dan membantu kaum papa.

"Kami mencoba membuat orang-orang merasa mereka ada di negara Muslim dan termasuk dalam komunitas Muslim," ujar Imam Abdulla Khouj, presiden Islamic Center di Washington D.C.

"Kami menawarkan makanan untuk berbuka puasa. Kami mencakup lebih dari 600 orang, perempuan dan laki-laki, anak-anak mereka, dan keluarga. Mereka berbuka puasa dan shalat bersama kami."

Setelah berbuka puasa, para keluarga Muslim ini seperti juga di negara-negara lain melakukan salat tarawih.

"Salat tarawih merupakan ekspresi pengabdian dan pencarian pengampunan," ujar Said Aly, seorang dokter Amerika beragama Islam.

"Setiap malam kami membaca satu juz (bab) Quran, jadi ketika Ramadan berakhir, kami akan khatam keseluruhan 30 juz," ujarnya.

Abdulla Mahroum mengaji di Dar Al-Hijra Islamic Center di Virginia. Ia datang ke AS pada Ramadan 2003 dalam sebuah tur untuk membaca Quran di beberapa masjid di seluruh negeri. Namun kebutuhan akan bakatnya yang jarang ditemukan membuatnya dianugerahi status penduduk tetap di AS.

"Terutama pada Ramadan, Muslim-muslim Amerika datang ke pusat-pusat Islamis yang memiliki pembaca Quran terbaik dan saya mendapat sambutan baik dan mulai melatih anak-anak muda untuk membaca Quran sebaik mungkin yang mereka bisa," ujarnya.

Ritual Tradisional

Di mana pun negara asalnya, para Muslim di Amerika melaksanakan Ramadan dengan ritual-ritual tradisional. Para keluarga berbelanja di toko halal, mempersiapkan makanan berbuka dengan keluarga dan kawan dan shalat berjamaah.

Namun Shala Haroun, seorang Muslim Amerika dari Kashmir rindu berkumpul dengan keluarga besar pada Ramadan.

"Ramadan di rumah jauh lebih menyenangkan. Ada lebih banyak anggota keluarga, komunitas India yang lebih besar dan bisa berkumpul dengan keluarga, sementara di sini hanya dengan satu, dua orang anggota keluarga," ujar Haroun.

Para Muslim Amerika memiliki hari kerja yang panjang dan dikelilingi oleh para kolega yang tak berpuasa, namun Mohamed Ibrahim mengatakan itu bukan tantangan karena puasa adalah kewajiban.