Kejutan Misteri Zaman Perunggu: Susu Picu Migrasi Stepa Besar-besaran

By Utomo Priyambodo, Sabtu, 2 Oktober 2021 | 08:00 WIB
Kuda-kuda stepa. (A. Senokosov)

Nationalgeographic.co.id—Populasi-populasi penggembala padang rumput Eurasia telah lama menjadi sumber daya tarik. Mulai dari kelompok penggembala Xiongnu hingga Mongol.

Salah satu kelompok penggembalaan paling awal di wilayah Eurasia adalah Yamnaya. Mereka adalah para penggembala Zaman Perunggu yang mulai berkembang keluar dari stepa Pontus-Kaspia lebih dari 5.000 tahun yang lalu.

Migrasi Zaman Perunggu ini menghasilkan aliran gen melintasi wilayah yang luas. Migrasi ini pada akhirnya menghubungkan populasi-populasi penggembala di Skandinavia dengan kelompok-kelompok yang berkembang ke Siberia.

Pertanyaan bagaimana dan mengapa para penggembala ini menempuh jarak yang luar biasa di Zaman Perunggu telah menjadi misteri. Sekarang sebuah studi baru yang dipimpin oleh para peneliti dari Max Planck Institute for the Science of Human History di Jena, Jerman, telah mengungkapkan petunjuk penting dan mungkin mengejutkan.

Baca Juga: Jazirah Arab Dulunya Hijau dan Jadi Rute Migrasi Penting Manusia Purba

Menurut hasil studi baru ini, tampaknya migrasi Zaman Perunggu bertepatan dengan perubahan pola makan yang sederhana tetapi penting. Pola makan itu adalah adopsi minum susu.

Dalam studi ini para peneliti menggunakan sumber informasi yang sederhana tetapi luar biasa dari catatan-catatan arkeologi. Mereka melihat karang gigi kuno (kalkulus gigi) pada gigi-gigi kerangka yang terawetkan.

Pengambilan sampel kalkulus gigi dari sejumlah fosil gigi manusia-manusia penggembala Zaman Perunggu. (Egor Kitov, Samara Valley Project)

Dengan hati-hati menghapus sampel kalkulus yang terbentuk, dan menggunakan metode molekuler canggih untuk mengekstrak dan menganalisis protein yang masih tersimpan di dalam bahan yang tahan dan protektif ini, para peneliti dapat mengidentifikasi individu-individu purba mana yang kemungkinan minum susu, dan mana yang tidak.

Hasil studi ini mengejutkan mereka sendiri. "Polanya sangat kuat," ujar Shevan Wilkin, ahli paleoproteomik yang menjadi pemimpin studi ini, seperti dikutip dari SciTechDaily.

"Mayoritas individu Eneolitikum Zaman Perunggu yang kami uji –lebih dari 90%– sama sekali tidak menunjukkan bukti mengonsumsi susu. Sebaliknya, 94% individu-individu Zaman Perunggu Awal jelas telah menjadi para peminum susu."

Baca Juga: Sejarah Ringkas Gelombang Besar Penyebaran Kucing ke Penjuru Dunia