Mengenal Riwayat, Mengungkap Watak Capres

By , Jumat, 4 Juli 2014 | 15:00 WIB

Prabowo atau Jokowi? Jokowi atau Prabowo?

Bulan-bulan terakhir ini kedua nama ini jadi topik trending yang tak ada habisnya. Seolah-olah mereka tiba-tiba telah menjadi kerabat kita semua. Anda merasa telah mengenal mereka, tapi benarkah demikian?

Tahukah Anda bagaimana perilaku mereka semasa kecil? Dalam setting macam apa mereka dibesarkan, orangtua dan keluarga yang membesarkan di masa-masa pembentukan mereka?

Soal ketokohan, keluarga Prabowo sudah memiliki sejarah nan panjang di negeri ini. Ketokohan yang justru menempatka dia dalam situasi tidak biasa: dibesarkan di tempat-tempat berbeda di luar negeri. Ada untungnya, ada ruginya.

Jokowi, sebaliknya, berasal dari keluarga "bantaran kali". Serba sederhana, dengan persoalan-persoalan sangat jelata yang khas pula. Bagaimana ia menghadapinya menjadi faktor penentu pembentukan karakternya. 

Kita mesti bangga memiliki dua capres dengan kepribadian dan latar belakang yang sungguh unik. Mengenai kelemahan dan kekurangan, siapa sih manusia yang sempurna? Yang penting, siapa dari keduanya bakal jaadi presiden paling pas untuk kebutuhan negeri kita saat ini?

Perkenalkan, inilah Prabowo Subianto dan Joko Widodo yang sebenarnya.

(Catatan: Urutan penyebutan kedua capres disesuaikan dengan nomor urut mereka dalam pilpres 2014.)

PRABOWO SUBIANTO

Prabowo Subianto, lahir di Jakarta pada 17 Oktober 1951. Meski pasangan Dora Marie Sigar - Sumitro Djojohadikusumo berlaku kepada keempat putra-putrinya, si nomor tiga Prabowo menjadi istimewa karena paling dekat dengan ibu.

Kakak sulungnya, Bianti Djiwandono, lahir pada 1948, dan kakak kedua, Maryani Le Maistre, lahir tahun 1950, sedangkan adiknya, Hasyim Suyono, lahir pada 1953. Nama Subianto ditambahkan sang ayah nya untuk mengenang adiknya yang gugur pada usia 21 tahun dalam pertempuran melawan Jepang, yang dikenal sebagai Pertempuran Lengkong, Januari 1946. Begitu pula nama Suyono di belakang Hasyim, diambilkan dari adik yang juga gugur pada usia 16 tahun di pertempuran yang sama. Sumitro, Subianto, dan Suyono adalah putra pasangan Margono Djojohadikusumo dengan Siti Katumi Wirodihardjo.

Bagi Prabowo, ayahnya yang meraih doktor ilmu ekonomi pada usia 26 tahun adalah sumber intelektualitas, daya kritis, dan keterbukaan jiwa, sementara ibunya yang berlatar pendidikan Belanda adalah peletak dasar pendidikan dan kedisiplinan. Kalau secara alamiah anak-anak perempuan dekat dengan ayah, Prabowo—juga Hasyim—dekat dengan ibu.

"Kami sering olok-olok dia Anak Mami. Maklumlah, anak laki-laki dekat ke ibu, dia sering dibanggakan ibu, lebih dimenangkan daripada kami-kami," kata Bianto, kakak sulung Prabowo.

Sang ibu pula yang membuat dan melengkapi seragam polisi yang sering dikenakan Prabowo waktu kecil. Rupanya minat si anak pada kemiliteran dan korps berseragam sudah terlihat sejak kecil.

Masa anak-anak hingga remaja dihabiskan di banyak negara, melatari besarnya daya sintas Prabowo. Selain itu, juga tertanam rasa kebersamaan dan solidaritas sebagai anak rantau, juga kehangatan sekaligus didikan disiplin dari ibu, mengingat ayah yang aktivis politik sering kurang waktu bagi keluarga.

JOKO WIDODO

Joko Widodo kelahiran Surakarta, 21 Juni 1961. Lahir di RS Brayat Minulyo, Solo, Jokowi pernah diramal oleh sang kakek bakal menjadi pemimpin besar. Pasalnya, saat masih balita, ukuran kepala Jokowi sangat besar.

Di bantaran Kali Anyar, Kelurahan Cinderejo Lor, tepatnya di Pasar Bambu itulah Jokowi menganyam masa kecilnya, dari umur 4 sampai 10 tahn. Menempati rumah berukuran lebih kurang 7x30 meter, berdinding tembok dengan bagian depan penuh barang dagangan dari kayu, Jokowi tinggal bersama kedua orangtuanya, pasangan Wijiatno Notomiharjo (alm) - Sujiatmi.

Saat masih bermukim di bantaran Kali Anyar, Jokowi kecil bertubuh kurus dan hitam. Saking kurusnya, tulang iganya sampai kelihatan saat dimandikan. Maklum, dia susah sekali makan. 

Seperti juga sosoknyaa saat ini, Jokowi kecil tidak banyak bicara. Namun jangan salah, meski pendiam, tubuh dan kakinya justru tidak bisa diam. "Mas Joko suka main di kali," ujar Sutarti (62), tetangga dan pengasuh Jokowi semasa kecil. 

Selain kali, pemandangan yang akrab di mata Jokowi kecil ya kayu. Bertumpuk-tumpuk kayu gergajian berukuran kecil dan sedang serta ikatan bambu selalu ada di rumahnya. Dan terlepas dari sifat glidik atau tidak bisa diamnya, keprihatinan hidup di bantaran kali telah mengasah rasa di hatinya. Keprihatinan dalam masa kecil Jokowi adalah pelajaran pertama tentang hakikat kehidupan rakyat.

Jokowi pintar berkawan meski berkarakter pendiam. Jika ada kawan yang usil dan suka mengganggunya, dia lebih suka menyingkir ketimbang berkelahi. Suatu kali, sekerumunan anak yang sedang bermain kelereng bertengkar. Kebetulan Jokowi ikutan man di sana. Dengan gayanya yang lembut tak dinyana dia bisa mendamaikan.