Misteri Tengkorak dengan Tempurung Memanjang di Hal Saflieni Hyopeum

By Maria Gabrielle, Senin, 4 Oktober 2021 | 13:00 WIB
Hal Saflieni Hyopeum, yang berlokasi di Malta, menjadi tempat ditemukannya tengkorak dengan wujud yang aneh. (Blendspace)

Tulang belulang manusia yang ditemukan di tempat ini menunjukkan bahwa ritual penguburan memiliki lebih dari satu tahap. Menariknya, dilansir dari Archaeology World, kumpulan tengkorak dari tempat ini menunjukkan kelaian dan atau patologi yang aneh. Sebagai contoh, terkadang tidak ada garis rajut tengkorak, bukti pengeboran dan pembengkakan di bagian belakang kepala diduga bekas trauma yang pulih.

Adapun yang paling aneh adalah tengkorak yang memanjang tanpa adanya medial fossa, sambungan yang membentang di sepanjang bagian atas tengkorak. Alasan dari kelainan ini diselimuti misteri.

Tengkorak dipajang di Museum Nasional Arkeologi hingga tahun 1985. Pihak otoritas yang bertanggung jawab atas warisan prasejarah Malta, Heritage Malta, memindahkannya dari pandangan publik sekitar 30 tahun yang lalu. Sejak saat itu, tengkorak ini hanya bisa dilihat oleh peneliti dengan izin khusus.

Baca Juga: Tengkorak Wanita Berusia 9.500 Tahun Akan Dibangkitkan Kembali

Salah satu temuan tengkorak yang cukup aneh di Malta. (Archaeology World)

Pihak otoritas juga membantah beberapa teori yang beredar terkait dengan ‘pendeta ular’ atau ‘tengkorak alien’. Sikap ini terbilang wajar dilakukan mengingat selain bukti tengkorak yang cukup aneh, selebihnya hanyalah spekulasi.

Dr Anton Mifsud dan rekannya, Dr Charles Savona Ventura menjadi yang pertama untuk menyelidiki tengkorak. Mereka bersaksi tentang keberadaan dan kelaian yang ditemukan. Sedangkan Vittorio Di Cesare dan Adriano Forgione dari majalah HERA, Italia adalah satu-satunya non-pejabat yang mendapat izin untuk menyelidiki tengkorak. Mereka menerbitkan artikel yang sangat detail mengenai temuan dan tampaknya mereka sangat terkesan.

Skullcap yang memanjang merupakan bagian yang paling menarik. Penelitian mereka menegaskan bahwa tempurung kepala panjang secara alami dan bukan karena perban ataupun papan, seperti kebiasaan di peradaban kuno Amerika Selatan.

Baca Juga: Tengkorak Korban Tsunami Tertua Sedunia Ditemukan di Papua Nugini