Ia menjelaskan, sistem rudal Buk memiliki radar sendiri, tetapi tidak bisa mendeteksi pesawat komersial seperti sistem radar air traffic controller (ATC). Sistem radar Buk hanya memantau, kemudian mendeteksi titik yang bergerak. Begitu ditentukan sasaran dengan arah dan ketinggian tertentu, rudal akan ditembakkan dengan panduan radar.
Sesuai informasi situs produsennya di Rusia, salah satu rudal Buk tipe 9M317, misalnya, bisa menembak obyek hingga jarak 45 kilometer dan ketinggian hingga 25 kilometer. Rudal yang ditembakkan bisa melesat dengan kecepatan maksimum hingga 4 mach atau 4 kali kecepatan suara (1 mach=1.225 kilometer per jam). Dengan demikian, untuk menembak pesawat di ketinggian 10 kilometer, hanya butuh waktu dalam hitungan detik.
Sementara itu, Direktur Defense and Intelligence Project at the Belfer Center for Science and International Affairs di Harvard University, Brigadir Jenderal Purnawirawan Kevin Ryan, mengatakan ada kemungkinan sistem rudal darat-udara yang lain.
Sistem rudal darat-udara itu antara lain adalah rudal S-200 buatan Rusia yang dioperasikan Moskwa maupun Ukraina, atau misil S-300 dan S-400. Senjata-senjata terakhir adalah buatan Rusia yang setara dengan patriot milik AS. Namun, Ryan agak meragukan kelompok separatis dapat menguasai sistem rudal yang kompleks dan canggih tersebut dengan daya jelajah menengah.
"Butuh banyak pelatihan dan koordinasi untuk meluncurkan satu dari senjata-senjata seperti itu," kata Ryan.
Biasanya, sistem rudal dari darat ke udara terdiri atas kendaraan komando, kendaraan radar, beberapa self-propelled launcher, bahkan sejumlah kendaraan untuk mengangkut rudal-rudal baru. Demikian kesimpulan Dan Wasserbly, editor IHS Jane's.