Tidak jelas kapan pasukan Kristen mulai menggunakan kamp Tzippori itu. Namun pada tahun 1130-an ini adalah titik berkumpul pilihan untuk angkatan bersenjata, kata Lewis.
Lewis memberi contoh spesifik. Pada tahun 1168, Raja Amaury menulis kepada Raja Louis VII untuk meminta bantuan setelah gempa bumi melanda Antiokhia. Dan jelas, kaum Franka berkemah di sana berkali-kali sampai Pertempuran Hattin yang menentukan pada tahun 1187. Kemudian Salahuddin sendiri sendiri mengumpulkan pasukannya di tempat tersebut.
Secara keseluruhan, Lewis menyimpulkan, tampaknya pasukan Muslim dan Franka menggunakan situs tersebut selama lebih dari 125 tahun. Dan sepertinya situs tersebut digunakan untuk memasang paku tapal kuda.
Baca Juga: Kisah Haru Persahabatan Dua Difabel Muslim dan Kristen dari Damaskus
Ada banyak paku tapal kuda serta barang-barang lain yang berhubungan dengan kuda di situs tersebut. Barang-barang itu antara lain sepatu, kekang, tusukan, perlengkapan harness, dan sisir kari, serta tiga jarum dan empat panah.
Tim peneliti menjelaskan, pada masa itu kepala paku tidak dipaku ke gagang di tapal kuda, agar bisa mencengkeram tanah dengan lebih baik. Jadi jelas paku-paku itu akan patah dan perlu sering diganti. Ini semakin relevan mengingat beberapa orang di kamp itu datang dari jauh, bahkan ratusan kilometer.
"Saya melihat pola menarik yang serupa dengan yang ada di kamp-kamp tentara kontemporer," kata Lewis.
"Sebagian besar paku yang kami temukan adalah paku bekas," jelas Lewis. "Ini seperti, ketika Anda pergi berperang, Anda tidak ingin ban kempes di jip Anda. Mereka datang dari mana-mana, beberapa dari Tirus, beberapa dari Ashkelon, dan itu akan memakan waktu beberapa hari perjalanan ke Tzippori. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengganti paku tapal kuda."