Suatu hari di perpustakaan sekolah, Joyce membaca sebuah buku sains yang di dalamnya ada sebuah teori yang mengatakan bahwa tepung kalau dicampur dengan lem putih (lem kayu) akan menghasilkan adonan yang kalau diangin-anginkan dapat mengeras dengan sendirinya.
"Tapi di dalam buku tersebut tidak dijelaskan detail, termasuk tentang jenis tepung yang dimaksud," katanya.
Terlintas dibenak Joyce untuk memulai wirausaha. Kenapa mesti bekerja dengan orang lain, jika dengan pengetahuannya itu selama ini ia sudah bisa membuat berbagai macam barang. Hingga akhirnya Joyce memberanikan diri untuk berhenti mengajar dan bertekad menekuni bisnis handycraft.
Usaha Joyce berpindah haluan dari dunia akademik menjadi pengusaha kerajinan tangan tidaklah mulus. Bahkan ia sempat kembali mengajar di Semarang, setelah usahanya gulung tikar karena jeblok di pemasaran
"Saya mencoba clay tepung pada Februari 2008. Untuk mendapatkan hasil yang halus, perlu jam terbang tinggi. Dari awal membuat sampai mendapat hasil yang benar-benar halus dan layak jual, butuh waktu sekitar 3 bulan. Untungnya saya punya latar belakang pendidikan farmasi. Sehingga ada pengetahuan tentang sifat-sifat bahan," katanya.
Menurut Joyce, keterampilan tangan sangat mempengaruhi produk yang dihasilkan, sehingga butuh orang yang memiliki bakat dan keterampilan tinggi.
"Juga harus telaten, tapi tidak berarti yang tidak ada bakat tidak bisa mengerjakan. Semua tergantung pada niat dan usaha. Kalau sering latihan lama-lama bisa," tegasnya.
Tak disangka, produk yang dihasilkan Joyce ini ternyata banyak yang tertarik. Banyak yang ingin membeli sekaligus ingin mempelajari cara membuatnya. "Dari situ akhirnya saya membuat kursus bulan Agustus 2008. Sedangkan pemasaran produk dan kursus saya lakukan dengan berjalan kaki dari satu toko ke toko yang lain untuk menitipkan brosur, sehingga banyak yang mengenal produk saya, memesan dan kursus," ujar dia.
Apresiasi dan dukungan dari konsumen terhadap produknya membuat Joyce semakin mantap untuk menjalankan bisnis ini. Kini ia bisa membuktikan, jika bisnis ini banyak mendatangkan keuntungan, tidak hanya finansial namun juga aktualisasi dari kemampuan diri.
"Saya tidak merasa gengsi karena dianggap turun kelas. Tapi justru bisa berbagi ilmu lebih nyata kepada orang banyak. Dari memberi kursus saya bisa memberikan inspirasi dan motivasi kepada orang lain untuk berwirausaha," imbuhnya.