Kemeriahan 5 Festival Budaya Unik Penarik Wisatawan dari Penjuru Dunia

By Sysilia Tanhati, Jumat, 8 Oktober 2021 | 12:00 WIB
Parade lentera di Yeondeunghoe, Republik Korea (Visit Korea)

Festival memancing udang di atas kuda, Belgia

Oostduinkerke merupakan desa nelayan yang berubah menjadi kota resor di pantai barat daya Belgia, sekitar 30 mil barat Bruges, Belgia. Apa yang menarik dari desa kecil ini?

Garis pantainya yang dangkal dan landai membuatnya menjadi tempat yang sempurna untuk memancing udang dengan menunggang kuda Brabant. Para nelayan membawa kudanya ke laut dua kali dalam seminggu untuk menangkap udang. Dibutuhkan keahlian dan pengetahuan soal pantai dan pasang surut laut untuk melakukan tradisi ini.

Tradisi turun-temurun ini dilaksanakan antara bulan Juni hingga September. Anda dapat menemukan kuda-kuda itu berjalan di dalam air setinggi dada sambil menarik jaring.

Tradisi ini memberi komunitas rasa identitas kolektif yang kuat dan memainkan peran sentral dalam acara sosial dan budaya. Salah satunya adalah festival udang selama dua hari. Warga menyiapkan parade dengan kendaraan dan kostum unik. Festival ini menarik lebih dari 10.000 pengunjung setiap tahunnya.

Baca Juga: Ragam Kue Bulan: Sajian Khas untuk Festival Pertengahan Musim Gugur

Castell adalah menara manusia yang bagian dari tradisi pada festival di Catalonia, Kepulauan Balearic, dan Komunitas Valencia. Pada festival ini, beberapa colles castelleres (tim yang membangun menara) berusaha membangun dan membongkar struktur menara. Pada 16 November 2010, castells dinyatakan oleh UNESCO sebagai salah satu Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia. (Colla Vella dels Xiquets de Valls )

Castell, festival menara manusia, Spanyol

Kekuatan, keseimbangan, daya tahan, kelincahan dan kemampuan akrobatik diperlukan untuk menjadi bagian dari castell atau menara manusia.

Tradisi unik dan menantang ini dimulai sejak  1801. Setiap tahun ribuan orang berkumpul di Tarragona, sekitar 50 km sebelah barat daya Barcelona.

Tim yang terdiri dari 75-100 orang bekerja sama untuk membangun menara manusia. Festival yang diadakan untuk merayakan santo pelindung kota memiliki filosofi mendalam. Menara dibentuk dengan anggota muda di bagian atas dan anggota tua menjadi semacam pondasi di bagian bawah. Ini menunjukkan ikatan kebersamaan dan kerjasama seperti budaya gotong royong di Indonesia.

Diadakan setiap tahun pada bulan Oktober, tim yang memiliki menara paling tinggi dan rumitlah yang menjadi pemenangnya.