Mengapa Katalis Organik Pemenang Nobel Kimia 2021 Begitu Istimewa?

By Ricky Jenihansen, Sabtu, 9 Oktober 2021 | 15:00 WIB
Menurut perkiraan pada tahun 2015, penggunaan katalis menyumbang 35 persen dari PDB (Produk Domestik Bruto) dunia. (Pinterest)

Komite Nobel Kimia menggambarkan pengembangan katalis ini sebagai (Nobel Prize Outreach)

"Organokatalis yang dikembangkan oleh List, MacMillan, dan kolaboratornya tidak memiliki logam. Dan tidak seperti enzim (yang) biasanya kompleks besar yang terbuat dari protein, organokatalis adalah molekul organik kecil, yang menurut saya, sangat menarik," katanya kepada Nature.

Senada, ahli kimia Cathleen Crudden di Queen's University di Kingston, Kanada menilai, bahwa penemuan tersebut memang perubahan yang sangat konseptual. Sebelum penemuan organokatalis, pemahaman umum di antara para ahli kimia bahwa katalis yang mensintesis molekul kiral (yang bertangan tertentu) harus berupa enzim atau mengandung logam transisi seperti besi. “Untuk waktu yang lama, orang mengira bahwa logam dan enzim adalah satu-satunya," katanya.

Seperti diketahui, dua ilmuwan yakni Benjamin List dan David MacMillan dianugerahi Hadiah Nobel Kimia 2021. Penghargaan tersebut atas penemuan mereka pada tahun 2000 mereka, yang independen satu sama lain, mengembangkan jenis katalisis ketiga yang disebut organokatalisis asimetris.

Royal Swedish Academy of Sciences dalam rilisnya saat mengumumkan penghargaan menjelaskan bahwa katalis organik dapat digunakan untuk mendorong banyak reaksi kimia. Penemuan tersebut jelas memberikan dampak besar dalam dunia penelitian, mulai dari pengembangan obat-obatan baru, kosmetik, industri makanan, hingga molekul yang dapat menangkap cahaya dalam sel surya. Komite Nobel Kimia bahkan menggambarkan pengembangan jenis katalis ini sebagai "perburuan ladang emas, di mana list dan MacMillan berada di posisi terdepan."