"Manusia yang menebang atau merusak salah satu pohon, bisa jadi akan mendapat hukuman berat, karena membunuh mereka, bahkan sekalipun secara tidak sengaja," imbuhnya. Untuk mencegah hal ini, penebang Yunani biasanya mempersembahkan korban kepada nimfa pohon sebelum dan sesudah mereka bekerja.
"Dengan memberikan pendamaian, atau persembahan kepada pohon yang ditebang, mereka berharap untuk menenangkan para dewa dan arwah para dryads yang mungkin telah mereka sakiti," terangnya.
Baca Juga: Mengenal 12 Titan dalam Mitologi Yunani Sebelum Kejayaan Olympus
Orang-orang Yunani juga sadar akan bahayanya melukai salah satu bidadari yang mendapat perlindungan para dewa. Sebaliknya, ketika nimfa-nimfa itu dirawat, orang yang merawatnya akan mendapat hadiah dari dewa pelindung pohon para dryads.
Hamadriad diyakini oleh beberapa orang, tidak hanya sebagai penghuni pohon, banyak juga hamadriad menjadi ibu dari hasil pernikahannya dengan manusia. Satu contoh, Hamadriad jatuh cinta dengan seorang penebang kayu yang menyelamatkan pohonnya dari kehancuran dalam banjir.
Kisah-kisah tentang hamadriad yang ditemukan di pohon-pohon di sepanjang sungai, melestarikan ingatan akan pohon-pohon suci, budaya pra-Yunani. Mitologi ini banyak ditemukan dalam relief dan gambar peninggalan Romawi.
Pesan moral yang disampaikan dalam mitologi tersebut, bahwa orang Yunani tidak pernah tahu pohon mana yang dianggap suci, artinya pohon mana yang menampung dryads.
"Maka dari itu, mereka mengambil tindakan pencegahan dengan berasumsi bahwa semua pohon dikaitkan dengan kehidupan nimfa, sehingga mereka memilih untuk tidak merusak pohon-pohon yang ada," pungkas Greenberg.