Dukun dan Klenik dalam Kehidupan Modern Masyarakat di Indonesia

By Galih Pranata, Minggu, 17 Oktober 2021 | 09:00 WIB
Seorang dukun di wilayah Jawa, tengah meracik obat-obatan, diperkirakan tahun 1910-1940. (Wikimedia Commons)

Meski telah tersedia beragam teknologi canggih dalam mengatasi dan memudahkan kebutuhan manusia, masyarakat adat yang hidup di era modern, akan tetap memilih dukun sebagai pembawa keberhasilan dalam setiap urusannya. "Jampi menjadi mantra penenang yang sangat dipercaya," tambahnya.

Baca Juga: Temuan Ahli Antropologi di Balik Mantra Misterius dari Barus

Lepas dari jampi, dukun juga akan memberikan jimat, sebagai pegangan pasiennya dalam urusan yang ia hadapi. "Jimat dapat berfungsi sebagai penyembuh hingga pelindung, keberhasilan, keberuntungan, kadang juga sebagai medium yang memberi kekebalan tubuh," tulis Arwani Ilyas.

Arwani Ilyas menulisnya dalam jurnal Kontemplasi, berjudul Paradigma Masyarakat Tentang Dukun (Melacak Peran dam Posisi dalam Struktur Sosial Politik dan Ekonomi Masyarakat), yang dipublikasi pada tahun 2017.

"Begitu mendapatkan jampi atau jimat, seketika masyarakat akan terus berpedoman pada semua perkataan dukun," tulisnya. Faktor ini juga yang kemudian memunculkan kecenderungan klenik semakin menguat di masyarakat, jampian dukun dan jimat.

"Dalam kehidupan ekonomi, masyarakat pedagang, nelayan hingga pekerja, akan meminta bantuan kepada dukun, atau sekedar memilih jimat-jimat yang dianggap dapat membawa keberhasilan dan keberuntungan dalam mendapatkan rejeki," tambahnya.

Fenomena-fenomena tersebut, menunjukkan bahwa kepercayaan terhadap magis adalah sebuah fenomena sosial yang ada, baik pada masyarakat tradisional maupun masyarakat modern di Indonesia. "Kebergantungan masyarakat kepada alam, tentunya melahirkan masyarakat yang percaya akan hal-hal magis yang lahir dari alam," pungkas Geertz.