Menjajaki Jejak Manusia Prasejarah di Gua Kidang

By , Senin, 15 September 2014 | 12:28 WIB

Kerangka remaja berusia 14-19 tahun itu ditemukan meringkuk di kedalaman 80 sentimeter di Gua Kidang, Desa Tinapan, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Warga sekitar menyebutnya manusia karst Gua Kidang.

Kerangka ditemukan di gua pegunungan karst, Pegunungan Kendeng Utara. Tinggi kerangka remaja yang belum diketahui jenis kelaminnya itu diperkirakan 160-170 cm.

Di sekitar kerangka itu ditemukan pula susunan bongkahan batu gamping, remukan remis cangkang, batu gamping berwarna merah, dan fragmen vertebrata. Dari hasil uji karbon, usia kerangka itu diperkirakan 7.770-9.600 tahun.

Penemuan kerangka tersebut menegaskan keberadaan manusia prasejarah yang pernah menghuni gua-gua di pegunungan karst pada zaman Holosen (9560-9300 SM). 

Gua Kidang berada di kawasan karst Pegunungan Kendeng Utara yang berjarak 35 kilometer dari kota Blora. Gua itu berupa ceruk gunung karst sedalam kira-kira 15 meter dari permukaan tanah bukit karst. Untuk masuk ke gua harus menuruni jalan setapak di areal hutan jati.

Gua itu mempunyai sirkulasi matahari yang baik dan ruangan luas dengan lebar mulut gua 18 meter. Di dalamnya ada ceruk- ceruk dengan stalaktit dan stalagmit. Dahulu, gua tersebut merupakan tempat keluarnya sungai bawah tanah purba.!break!

Penelitian manusia purba dan prasejarah di Gua Kidang itu dimulai Balai Arkeologi (Balar) pada 1997. Penelitian baru mengerucut ke kawasan karst Pegunungan Kendeng Utara pada 2005, 2006, dan 2009.

Pada 2009, Tim Pola Okupasi Gua Kidang Balar Yogyakarta menemukan artefak cangkang kerang, fragmen kerang, dan tulang binatang. Hal itu mengindikasikan gua tersebut pernah menjadi hunian manusia pada kurun waktu tertentu.

Ketua Tim Pola Okupasi Balar Yogyakarta Indah Asikin Nurani mengatakan, manusia saat itu tidak serampangan ketika mempertimbangkan gua atau ceruk sebagai hunian. Mereka memilih gua berdasarkan keamanan dan ketersediaan kebutuhan pokok.

Selain artefak cangkang kerang, fragmen kerang, dan tulang binatang, tim menemukan pula fragmen tulang dan gigi Homo sapiens. Penemuan terpenting tim ialah tiga kerangka manusia prasejarah pada 2011- 2013 di kedalaman tanah 80-150 cm. Salah satunya ditemukan dalam posisi meringkuk, seperti bayi dalam rahim.

”Dari ketiga temuan tiga kerangka itu, tim mempertajam riset tentang pola hidup beserta aspek budaya manusia pada zaman itu,” kata Indah.

Manusia saat itu tidak serampangan ketika mempertimbangkan gua atau ceruk sebagai hunian.

Berdasarkan Laporan Penelitian Arkeologi: Pola Okupasi Gua-Gua Hunian Prasejarah Kawasan Pegunungan Kendeng Utara Kabupaten Blora (Balar Yogyakarta, 2005), pola adaptasi manusia karst Gua Kidang untuk mempertahankan hidupnya merujuk pada musim. Pada musim kemarau, mereka mengonsumsi binatang tak bertulang belakang, seperti aneka jenis kerang dan siput.

Itu karena lingkungan sekitar mereka pada waktu itu berupa rawa-rawa. Pada zaman itu, Pegunungan Kendeng Utara merupakan kawasan perbukitan yang terbentuk dari penurunan permukaan laut dan di sekitarnya terdapat rawa-rawa dan sungai purba hasil pengendapan laut dangkal.