Menjajaki Jejak Manusia Prasejarah di Gua Kidang

By , Senin, 15 September 2014 | 12:28 WIB

Pada musim hujan, mereka mengonsumsi hewan bertulang belakang. Itu terbukti dari temuan artefak dan ekofak (sisa makanan) hewan darat, terutama kerbau purba.

!break!

Teknologi tinggi Tim tidak hanya menggali pola adaptasi manusia prasejarah itu. Temuan kerangka manusia karst tersebut juga membuka pengetahuan baru tentang kecerdasan manusia prasejarah. Mereka mampu membuat alat berburu dan meramu dengan teknologi yang lebih maju dibandingkan dengan temuan jenis Homo sapiens lain. Mereka juga membuat perhiasan dari cangkang kerang, terutama manik-manik.

Menurut Indah, mereka membuat peralatan berbahan cangkang kerang dan tulang binatang. Alat dari cangkang misalnya serut, serut bergerigi dan serut lancipan, serta bandul. Adapun alat dari tulang meliputi lancipan, anak panah, spatula, dan alat pengasah.

Teknologi pembuatan alat cangkang dan tulang di Gua Kidang lebih tinggi daripada wilayah lain. Mereka pandai memilih bahan baku alat dan menggunakan alat untuk membuat alat lain.

”Mereka membuat alat-alat berburu dan meramu dari cangkang dan tulang dengan cara membentuk dan mengasahnya menggunakan alat batu. Pada alat dari tulang, beberapa artefak yang ditemukan menunjukkan adanya pembakaran untuk pengerasan alat,” katanya.

Menurut Indah, tim menemukan ritual penguburan manusia prasejarah itu. Mereka mengenal tentang hidup dan mati yang disimbolkan dengan penguburan jenazah yang menghadap ke barat atau posisi matahari terbenam.

Mereka juga mengenal tata cara merawat jenazah. Di sekitar kerangka mereka, tim menemukan remukan batu kapur merah dan remis cangkang kerang. ”Mereka juga meletakkan jenazah dalam posisi terlipat atau meringkuk, seperti bayi di dalam kandungan,” ujarnya.

Di Gua Kidang, tim menemukan pula fragmen gigi gajah purba jenis stegodon dan elephas. Menariknya, habitat hewan itu bukan di Pegunungan Kendeng Utara, melainkan di Bengawan Solo purba, Blora, dan Gunung Patiayam, Pati.

”Kami akan melanjutkan penelitian itu. Seberapa jauh daya jelajah manusia karst Gua Kidang bereksplorasi dalam mempertahankan hidupnya? Apakah mereka mengenal barter dengan manusia-manusia prasejarah di sekitar Bengawan Solo purba dan Patiayam?” kata Indah.

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Perhubungan, Pariwisata, Kebudayaan, Informasi, dan Komunikasi Kabupaten Blora Suntoyo mengatakan, pemerintah menjadikan lokasi temuan sebagai kawasan lindung budaya. Pemerintah dan masyarakat setempat telah diminta menjaga peninggalan prasejarah itu.

Sebelumnya, di Blora ditemukan banyak fosil binatang purba dan manusia prasejarah Homo soloensis. Temuan manusia Gua Kidang diharapkan bisa memperkaya pengetahuan perjalanan manusia purba dan prasejarah.

”Kami berharap Blora menjadi pusat studi manusia purba dan prasejarah untuk melengkapi studi manusia purba di Situs Sangiran, Sragen,” ujarnya.