Seperti Apa Hutan di Benua Pangaea? Fosil Tanaman Jadi Saksinya

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 15 Oktober 2021 | 13:00 WIB
Fosil tanaman purba Pteridosperma yang tersisa di bongkahan karbon di sebuah pertambangan batubara Pennsylvania. Fosil sejenis ini membuka tabir bagaimana hutan hidup di zaman es Pangea. (James St. John/Flickr)

Sistem akarnya juga membuat larut dan mengubah komposisi kimia limpasan permukaan air tawar dan laut. Akibatnya, jumlah jumlah karbon yang dapat disimpan oleh laut berubah. Tumbuhan kemudian menarik, menyimpan, dan melepaskan air kembali ke atmosfer.

"Mereka semacam penyangga siklus air," terang Mattheus. "Jumlah [air hujan] yang langsung kembali ke atmosfer, versus menjadi limpasan atau air tanah, sangat dipengaruhi oleh tanaman."

Model iklim yang dibuat lewat komputer untuk simulasi yang digunakan para peneliti, mengacu pada konsisi lingkungan dan anatomi yang mereka sesuaikan dengan masa paleozoikum. Mattheus dan tim menemukan bahwa tanaman bisa saja tumbuh di berbagai daratan Pangaea.

Masalahnya, model ini tidak memperhitungkan tekanan besar akibat suhu beku pada tanaman. Mengingat paparan suhu dingin pada tanaman mengakibatkan spesies mati dalam kurang satu hari.

Baca Juga: Berubahnya Orbit Bumi Saat Membeku Total, Kehidupan Bermunculan

Lycopodiopsida Clubmosses tumbuh sebagai tanaman kecil di dataran lembab. Ketika Bumi memiliki satu benua rakasasa bernama Pangaea, tanaman jenis ini bisa tumbuh puluhan meter. (Thomas Brown)

Sehingga, para peneliti memperkirakan kondisi dingin ekstrem memapar berbagai tanaman, termasuk di daerah bebas gletser atau bersuhu lebih hangat.

"Ini adalah zaman es, dan banyak permukaan bumi yang sangat dingin saat itu yang berbeda dalam setahun, baik dalam skenario glasial dan interglasial," terang Mattheus. Suhu dingin ini kemudian membatasi distribusi hutan di luar variabel lain yang mereka pertimbangkan seperti intensitas cahaya, suhu rata-rata, dan ketersediaan air.

"Jika kita benar soal pembekuan itu, maka kemungkinan tutupan hutan dapat benar-benar terbatas dari tempat tempat yang diperkirakan orang sebelumnya."

Mengingat teka-teki rumit ini, Mattheus berencana untuk mengembangkan penelitian ini, dengan informasi yang lebih dalam tentang topografi Pangaea yang kurang dipahami. Jika kelak berhasil diungkap, ini akan menjadi variabel penting lain yang mempengaruhi tutupan hutan selama iklim zaman es, tuturnya.

Baca Juga: Fosil Ular Berkaki Asal 70 Juta Tahun Silam, Simpan Fakta Mengejutkan