Dengan menggabungkan bentuk asteroid dan informasi tentang massanya, tim akhirnya menemukan bahwa kepadatannya berubah secara signifikan di seluruh sampel. Empat asteroid dengan kepadatan paling rendah yang dipelajari adalah termasuk Lamberta dan Sylvia, memiliki kepadatan sekitar 1,3 gram per sentimeter kubik, kira-kira persis dengan kepadatan batubara. Sedangkan yang tertinggi, Psyche dan Kalliope, memiliki kepadatan masing-masing 3,9 dan 4,4 gram per sentimeter kubik, yang lebih tinggi dari kepadatan berlian (3,5 gram per sentimeter kubik).
Perbedaan besar dalam kepadatan ini menunjukkan bahwa komposisi asteroid sangat bervariasi, hal ini memberi para astronom petunjuk penting tentang asal-usulnya. Namun secara khusus, hasil mendukung teori bahwa asteroid paling padat terbentuk di daerah terpencil di luar orbit Neptunus, kemudian mereka bermigrasi ke lokasi mereka saat ini.
Baca Juga: NASA Memperingatkan Risiko Asteroid Bennu Bisa Menabrak Bumi
Temuan ini dimungkinkan berkat sensitivitas instrumen Spectro-Polarimetric High-contrast Exoplanet REsearch (SPHERE) yang dipasang pada VLT ESO. Bahkan para astronom akan dapat mencitrakan lebih banyak lagi asteroid secara detail dengan bantuan Extremely Large Telescope (ELT) ESO yang akan datang. Karena teleskop ini masih tahap pembangunan di Chili.
"Dengan peningkatan kemampuan SPHERE, bersama dengan fakta bahwa sedikit yang diketahui mengenai bentuk asteroid sabuk utama terbesar, maka kami dapat membuat kemajuan substansial di bidang ini," kata rekan penulis Laurent Jorda, juga dari Laboratoire d 'Astrofisika de Marseille.
“Memiliki instrumen seperti SPHERE di ELT bahkan memungkinkan kami untuk mengambil gambar sampel objek serupa di Sabuk Kuiper yang jauh. Ini berarti kita akan dapat mengkarakterisasi sejarah geologi dari sampel benda-benda kecil yang jauh lebih besar hanya melalui pengamatan dari tanah.” ujar Vernazza.
Baca Juga: Spesies Pertama yang Menderita Kiamat Asteroid 66 Juta Tahun Silam