42 Asteroid Terbesar di Tata Surya Kita Berhasil Dicitrakan Astronom

By Wawan Setiawan, Kamis, 21 Oktober 2021 | 09:00 WIB
42 objek terbesar di sabuk asteroid telah berhasil dicitrakan oleh para astronom berkat ESO's VLT. (Andrea Danti/Shutterstock)

Nationalgeographic.co.id—Belum pernah sekelompok besar asteroid dicitrakan dengan begitu tajam. Namun, berkat bantuan dari Teleskop Sangat Besar Observatorium Eropa Selatan (ESO's VLT) di Chili, para astronom kini telah berhasil mencitrakan 42 objek terbesar di sabuk asteroid, yang terletak di antara Mars dan Jupiter. Pengamatan ini mengungkapkan berbagai bentuk aneh asteroid, dari bulat hingga ke bentuk tulang anjing, dan membantu para astronom melacak asal-usul asteroid di Tata Surya kita.

Gambar rinci dari 42 objek ini merupakan lompatan maju dalam menjelajahi asteroid, dimungkinkan berkat teleskop berbasis darat, dan berkontribusi untuk menjawab pertanyaan pamungkas tentang kehidupan, semesta, dan segalanya.

Melansir Tech Explorist, Pierre Vernazza, dari Laboratoire d'Astrophysique de Marseille di Prancis, yang memimpin studi ini menjelaskan, "Hanya tiga asteroid sabuk utama besar, Ceres, Vesta dan Lutetia, yang telah dicitrakan dengan tingkat detail yang tinggi sejauh ini, karena mereka dikunjungi oleh misi luar angkasa Dawn dan Rosetta dari NASA dan European Space Agency."

Hasil studi tentang asteroid ini telah diterbitkan di jurnal Astronomy & Astrophysics pada 12 Oktober 2021 berjudul VLT/SPHERE imaging survey of the largest main-belt asteroids: Final results and synthesis.

"Pengamatan ESO kami telah memberikan gambar yang tajam untuk lebih banyak target, totalnya 42." kata Vernazza.

Sebagian besar dari 42 objek dalam sampelnya berukuran lebih besar dari 100 km; khususnya, tim mencitrakan hampir semua sabuk asteroid yang lebih besar dari 200 kilometer, sebanyak 20 dari 23. Dua objek terbesar yang diselidiki tim adalah Ceres dan Vesta, yang berdiameter sekitar 940 dan 520 kilometer, sedangkan dua asteroid terkecil adalah Urania dan Ausonia, masing-masing hanya berjarak sekitar 90 kilometer.

Baca Juga: Asteroid dengan Periode Orbit Tercepat Ditemukan Berkat Kamera 570 MP

Gambar ini menggambarkan 42 objek terbesar di sabuk asteroid, yang terletak di antara Mars dan Jupiter. (ESO/M. Algoritma Kornmesser/Vernazza dkk./MISTRAL (ONERA/CNRS))

Sampai sekarang, pengamatan rinci terhadap karakteristik utama yaitu bentuk dan kepadatan dari asteroid kecil masih belum diketahui. Sehingga Vernazza beserta timnya mulai mencari celah ini dengan melakukan survei antara 2017 dan 2019 secara menyeluruh pada benda-benda besar yang ada di sabuk asteroid.

Mereka melakukan rekonstruksi bentuk objek asteroid dengan pengamatan yang dibagi dua bagian besar, lalu mengelompokannya. Beberapa tampak hampir bulat sempurna, seperti Hygiea dan Ceres, sementara yang lain memiliki bentuk "memanjang" yang lebih aneh, ratu mereka yang tak terbantahkan adalah asteroid "tulang anjing" Kleopatra, asteroid ini begitu unik.

“Pengamatan kami memberikan dukungan kuat untuk migrasi substansial dari badan-badan ini sejak pembentukannya. Singkatnya, variasi luar biasa dalam komposisi mereka hanya dapat dipahami jika benda-benda tersebut berasal dari wilayah berbeda di Tata Surya,” jelas Josef Hanuš dari Universitas Charles, Praha, Republik Ceko, salah satu penulis penelitian.

Dengan menggabungkan bentuk asteroid dan informasi tentang massanya, tim akhirnya menemukan bahwa kepadatannya berubah secara signifikan di seluruh sampel. Empat asteroid dengan kepadatan paling rendah yang dipelajari adalah termasuk Lamberta dan Sylvia, memiliki kepadatan sekitar 1,3 gram per sentimeter kubik, kira-kira persis dengan kepadatan batubara. Sedangkan yang tertinggi, Psyche dan Kalliope, memiliki kepadatan masing-masing 3,9 dan 4,4 gram per sentimeter kubik, yang lebih tinggi dari kepadatan berlian (3,5 gram per sentimeter kubik).

Perbedaan besar dalam kepadatan ini menunjukkan bahwa komposisi asteroid sangat bervariasi, hal ini memberi para astronom petunjuk penting tentang asal-usulnya. Namun secara khusus, hasil mendukung teori bahwa asteroid paling padat terbentuk di daerah terpencil di luar orbit Neptunus, kemudian mereka bermigrasi ke lokasi mereka saat ini.

Baca Juga: NASA Memperingatkan Risiko Asteroid Bennu Bisa Menabrak Bumi

Kalliope dan Psyche, dua objek terpadat yang dicitrakan, yang memiliki kepadatan masing-masing 4,4 dan 3,9 gram per sentimeter kubik. Ini lebih tinggi dari kepadatan berlian. (Algoritma ESO/Vernazza et al./MISTRAL (ONERA/CNRS))

Temuan ini dimungkinkan berkat sensitivitas instrumen Spectro-Polarimetric High-contrast Exoplanet REsearch (SPHERE) yang dipasang pada VLT ESO. Bahkan para astronom akan dapat mencitrakan lebih banyak lagi asteroid secara detail dengan bantuan Extremely Large Telescope (ELT) ESO yang akan datang. Karena teleskop ini masih tahap pembangunan di Chili.

"Dengan peningkatan kemampuan SPHERE, bersama dengan fakta bahwa sedikit yang diketahui mengenai bentuk asteroid sabuk utama terbesar, maka kami dapat membuat kemajuan substansial di bidang ini," kata rekan penulis Laurent Jorda, juga dari Laboratoire d 'Astrofisika de Marseille.

“Memiliki instrumen seperti SPHERE di ELT bahkan memungkinkan kami untuk mengambil gambar sampel objek serupa di Sabuk Kuiper yang jauh. Ini berarti kita akan dapat mengkarakterisasi sejarah geologi dari sampel benda-benda kecil yang jauh lebih besar hanya melalui pengamatan dari tanah.” ujar Vernazza.

Baca Juga: Spesies Pertama yang Menderita Kiamat Asteroid 66 Juta Tahun Silam

Gambar mosaik asteroid Bennu ini terdiri dari 12 gambar PolyCam yang dikumpulkan pada 2 Desember 2018 oleh pesawat ruang angkasa OSIRIS-REx dari jarak 24 km. (NASA/ Universitas Arizona)