Hidup "hijau" telah sering kali dikampanyekan. Banyak cara telah diterapkan, inovasi-inovasi pengganti barang yang telah ada pun diciptakan. Survei yang baru-baru ini dilakukan oleh Greendex, dipimpin oleh National Geographic Society (NGS) dan perusahaan konsultan riset, GlobeScan. Hasilnya, banyak negara telah mengadopsi perilaku ramah lingkungan, namun masih ada negara lain yang hidup dalam budaya boros.
Apa itu Greendex?Survei online tahun 2014 atas 18.000 orang di 18 negara, mengukur dari kebiasaan dan perilaku lingkungan, juga keberlanjutannya terkait perumahan, transportasi, makanan, dan keperluan konsumen. Survei pertama dipublis tahun 2008, melibatkan 14 negara. Survei kelima yang baru-baru ini dilakukan, melibatkan 18 negara: Argentina, Australia, Brasil, Kanada, Tiongkok, Perancis, Jerman, Inggris Raya, Hungaria, India, Jepang, Meksiko, Rusia, Spanyol, Korea Selatan, Swedia, Amerika Serikat, dan Afrika Selatan untuk pertama kali.
Survei ini mengajukan 65 topik. Responden ditanyakan mengenai berbagai hal seperti seberapa pentingnya memiliki mobil mewah atau rumah mewah, apakah mereka menggunakan produk-produk rumah tangga yang sekali pakai daripada yang bisa dicuci dan digunakan kembali.
Berikut hasil-hasilnya:
1. Peningkatan perilaku beberapa konsumen.Konsumen dari Argentina, Australia, Inggris Raya, Hungaria, India, Meksiko, Rusia, Swedia, dan Korea Selatan, menunjukkan peningkatan dalam berperilaku di lingkungan sejak tahun 2012. Sedangkan lima negara lainnya, Kanada, Tiongkok, Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat, melaporkan kebiasaannya justru kurang efisien daripada survei sebelumnya.
2. Bertumbuhnya kecemasan terhadap lingkungan.
Sebanyak 51% konsumen percaya bahwa pemanasan global akan berdampak negatif dalam hidup mereka, dan orang Amerika Latin yang paling cemas akan hal ini. Namun, sebenarnya kita hidup di daratan yang kaya, jadi, tak perlu terlalu dikhawatirkan.
3. Semakin percaya sains.
68% orang dari 11 negara yang disurvei percaya bahwa aktivitas manusia adalah penyebab perubahan iklim. Skeptisisme ini berlimpah di dunia industri. Namun, konsumen Jepang, Inggris, dan Australia ragu akan hubungan manusia dengan pemanasan global. Amerika Serikat adalah negara yang paling tidak percaya akan hal ini.
4. Warga Amerika menolak menjadi ramah lingkungan.
Satu dari empat keluarga di Amerika memiliki empat televisi atau lebih, juga menolak membayar sedikit lebih mahal untuk produk-produk ramah lingkungan. Sejak survei tahun 2012 lalu, semakin banyak orang Amerika yang mengaku penting untuk memiliki rumah mewah.
5. Kanada berada di jalur yang tak efisien.
Peringkat kedua terburuk setelah Amerika, adalah Kanada, dalam hal pelayanan lingkungan dan mengalami penurunan terbesar dalam periaku sehat sejak 2012. "Ada sebuah pendapat yang mengatakan, Mengapa membenahi sesuatu yang berhasil dilakukan selama ini?" kata Nicole Darnall, peneliti di School of Sustainability Arizona Statue University.
6. Semakin tidak "hijau", semakin tidak merasa bersalah.
Orang-orang Inggris, Jerman, dan Swedia adalah konsumen yang tidak mudah merasa menyesal, dan juga yang pantang mengganti cara hidup. "Orang utara kerap memberikan tanggung jawab ini kepada pemerintah, bukan masing-masing. Ada kekurangan dalam rasa kepemilikian," kata Eric Whan, dari GlobeScan.
7. Harapan dan potensi yang belum digali ada di dunia yang berkembang.
Walaupun konsumen di negara yang paling ramah lingkungan merasa kurang mampu untuk bertindak lebih banyak, mereka adalah yang paling cepat paham akan pengambilan langkah berikutnya agar membuahkan sebuah usaha yang besar. Ketika diberikan informasi mengenai dampak pribadi terkait dengan lingkungan, orang Meksiko, Brasil, India, dan Argentina akan berusaha untuk memperbaiki cara hidup mereka, misalnya dengan mengurangi konsumsi daging.
Namun, ada beerbagai hal yang mengganggu pertumbuhan negara berkembang. Seperti konsumen Tiongkok yang sekarang melihat rumah mewah sebagai tujuan hidup penting.
8. Peningkatan usaha memperbaiki, menggunakan kembali, dan mendaur ulang.
Kebutuhan ekonomi mungkin menjadi salah satu faktor yang mengurangi pemborosan. 17 dari 18 negara yang diuji mengatakan bahwa mereka lebih memilih memperbaiki ketimbang mengganti barang yang rusak, seperti konsumen Tiongkok dan Jerman. Amerika dan Prancis lebih memilih membeli barang bekas pakai, sedangkan Kanada, Inggris, dan Australia adalah yang paling suka mendaur ulang.