Inspirasi Geografi dalam Perjalanan Udara Menuju Flores

By , Senin, 29 September 2014 | 20:26 WIB

"Penerbangan kita menuju Labuan Bajo akan ditempuh selama satu jam empat puluh menit," pramugari mengabarkan rencana perjalanan udara siang yang terik itu. Tak berapa lama, pesawat baling-baling itu mengudara.

Mata saya terasa diberi beban berat. Saya sekuat tenaga menahan kantuk. Maklum, penerbangan pertama saya dari Jakarta menuju Denpasar ditempuh dengan pesawat pertama. Jadi, bersiap dari tempat tinggal sebelum subuh.

Jalan tol Bali dilihat dari udara. (Bayu Dwi Mardana)

Nyaris tertidur, tiba-tiba mata saya terbelalak. Pesawat yang mengarah ke timur mulai melintasi langit Bali, yang menyajikan lanskap unik: jalan tol atas laut, tutupan mangrove, sungai, pesisir yang padat, kawasan terumbu, hingga pucuk gunung api nan gagah. (Baca juga polemik soal jalan tol Bali melalui tautan ini)

Kumpulan awan putih belum lagi banyak. Akibatnya, saya dengan mudah menjepretkan kamera Samsung NX300 dengan lensa 18 – 55 mm. Kamera saku ini boleh menjadi andalan para pejalan. Ringan dan tangguh. Saya pun memilih fungsi A (Aperture) dan pengaturan fokus otomatis. (Baca kajian kamera Samsung NX300 melalui tautan ini)

Setelah melintasi tol laut, panorama Bali berganti. Pesisir dengan pasir putih, diselingi wilayah permukiman yang memadat, kontur pegunungan semakin jelas hingga Puncak Gunung Agung yang menyembul ke langit. Gumpalan awan putih menambah indah lanskap gunung api ini. (Sungguh beruntung kita hidup di kawasan Cincin Api, kisah ini baca selanjutnya di sini).

!break!