Danau Toba: Kandidat <i>Geopark</I> Dunia, tapi Memprihatinkan

By , Selasa, 7 Oktober 2014 | 14:16 WIB

Pemerintah menargetkan Danau Toba masuk dalam taman bumi UNESCO akhir September 2015.

Namun, kondisi lingkungan Danau Toba makin memprihatinkan. Air danau sudah tercemar, dan pendangkalan terus terjadi. Bagaimana peluang danau kaldera terbesar ini masuk menjadi Global Geopark Network?

Wilmar Eliaser Simandjorang, ketua Dewan Pendiri Save Lake Toba Fondations (SLTF), juga ketua Dewan Pendiri Hoetagindjang Pusuk Buhit Eco-Tourism Movement (HP-EM) meragukan itu. Menurut dia, kondisi Toba sudah rusak parah.

Dia mengungkapkan itu kala menjadi pembicara dalam seminar nasional lingkungan hidup bertema “Status Geopark dan Pelestarian Danau Toba” di Medan, Sumatera Utara, Kamis (2/10). 

Direktur Pengembangan Wisata Minat Khusus, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Akhyaruddin, Bupati Samosir Mangindar Simbolon dan Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sumut Hidayati, juga menjadi panelis. Hadir pula organisasi lingkungan dan masyarakat adat penyalamat Toba.

Menurut Wilmar, mencapai target itu akan sangat berat. Hasil penelitian dan pantauan lapangan mereka, terjadi penurunan kualitas lingkungan cukup di Toba.

Indeks kualitas lingkungan hidup meliputi kualitas air, kualitas udara, dan tutupan lahan, berada pada 60,75. Indeks ini, turun 13,73 point atau 18,4% dari tahun 2011 sebesar 74,5.

Dia mengatakan, kondisi krisis danau ini karena penebangan hutan, pembakaran lahan menjadi perkebunan sawit dan HTI yang mengubah hutan alam menjadi ekaliptus. Air Toba pun tercemar keramba jaring apung skala besar, penggunaan bahan kimia berbahaya, dan eksploitasi galian C.

Belum lagi cagar budaya hancur, bebatuan peninggalan sejarah digali dan rusak. Dampaknya, terjadi kerusakan ekosistem di Toba. Kondisi tambah parah kala pemerintah tidak memperhatikan masalah ini dengan serius.

“Pemerintah sama sekali tidak peduli. Ini akan sangat sulit menjadikan Toba masuk  geopark dunia.”

Dia mengatakan, unsur dan tatanan geodiversity, culture diversity, dan biodiversity sudah dirusak. Batu dan kayu dihabisi para penjahat kehutanan dan pihak tak bertanggung jawab, di-backup oknum pejabat pemegang kebijakan,” katanya.

Peserta bertepuk tangan. Mangindar Simbolon, tersenyum kecut.

Wilmar memperkirakan, penurunan kualitas lingkungan, akan bertambah parah, apalagi perusakan hutan di sekitar danau terus berlangsung.