Para peneliti menerangkan, tes usap dapat memberikan profil metabolisme dalam waktu kurang dari tiga menit, atau lebih cepat dari teknologi yang ada saat ini yang membutuhkan waktu delapan jam.
"Ini adalah perangkat pengujian cepat pertama dari jenisnya dan dapat dengan mudah ditransfer untuk digunakan dalam uji klinis," terang David A. MacIntyre, salah satu peneliti dari March of Dimes Prematurity Research Centre di Imperial College London, Inggris.
"Informasi ini dapat digunakan oleh dokter dan pasien untuk memantau risiko kelahiran prematur, tetapi juga untuk membantu mengoptimalkan perawatan, seperti penggunaan antibiotik yang lebih selektif," lanjutnya, dikutip dari ScienceAlert.
Sebelumnya pada 2020, para peneliti dalam Frontiers Public Health mencoba mengungkap berbagai bakteri yang hidup dalam vagina.
Baca Juga: Ibu Hamil yang Terpapar Asap Kebakaran Berisiko Melahirkan Prematur
Bakteri yang hidup dalam mikrobioma vagina diperkirakan sangat banyak, bahkan mungkin lebih dari yang ada pada mikrobioma usus, tulis para peneliti yang dipimpin Parakriti Gupta. Penelitian ini dilakukan oleh para peneliti dari Department of Virology, Post Graduate Institute of Medical Education and Research, India.
"Semua penelitian baru-baru ini telah memberikan wawasan tentang mikrobioma vagina, memisahkan konsep lama 'sehat' dan 'berpenyakit', yang terutama terkait dengan infeksi menular seksual," tulis para peneliti.
Tetapi usaha mengidentifikasi mikrobioma vagina masihlah misteri, dan masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Sementara penelitian lain di jurnal Nature Medicine pada 2019, mengungkap bahwa jika vagina mengalami infeksi saat masa hamil memiliki risiko. Jika infeksi akibat bakteri sumber penyakit dari vagina naik ke serviks, dapat meningkatkan risiko keguguran dan kelahiran prematur.
Baca Juga: Belum Ada USG, Ini Cara Firaun Mengetahui Jenis Kelamin Bayi
WHO juga menerangkan lewat rilis September 2020, kelahiran prematur yang disebabkan infeksi adalah penyebab utama kematian anak-anak di seluruh dunia.
Kembali pada laporan terbaru, tes usap memang bisa mendeteksi komposisi mikroba dan status kekebalan pasien. Uji coba sudah dilakukan pada 365 orang, tetapi berhubung tujuan penelitan ini hendak mengetahui mana yang akan melahirkan secara prematur, analisisnya justru buruk.
"Ini tidak mengejutkan mengingat fakta bahwa kelahiran prematur adalah keadaan penyakit multi-etiologis yang dapat disebabkan oleh banyak faktor berbeda, termasuk penyebab non-mikroba dan non-imun," tulis MacIntyre dan tim dalam makalah.
Hasil lainnya yang ditemukan MacIntyre dan tim, orang yang hamil yang menerima perawatan berupa jahitan kepang di serviks demi mencegah kelahiran prematur, justru yang lebih besar berisiko terkena peradangan vagina. Peradangan yang diterima dari perawatan ini berhubungan langsung dengan risiko kelahiran prematur pada kandungan.
"Kemampuan untuk memberikan informasi semacam itu di titik perawatan akan menjadi transformatif untuk mengarahkan pengambilan keputusan klinis dan pada akhirnya meningkatkan hasil bagi para wanita ini dan bayi mereka," terang mereka.
Baca Juga: Plasenta Pada Wanita Hamil Mengandung Jelaga Dari Polusi Udara