Dalam peringatan Hari Pangan Sedunia, Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) mengajak masyarakat untuk memberikan apresiasi kepada rumah tangga petani Indonesia yang telah menyuplai makanan. Pemerintah baru yang akan dilantik pada 20 Oktober 2014 nanti diharapkan mampu menangkap pesan ini yang kemudian direalisasikan dalam bentuk program kerja nyata.
"Apresiasi harus diberikan kepada pada petani atas pilihan profesi yang ditekuni," ujar Puji Sumedi, Program Officer Pertanian Yayasan KEHATI, Kamis (16/10), di kantornya.
Dunia sudah mengakui bahwa peran mereka ini sangat penting dalam pasokan pangan dunia. FAO menyebutkan bahwa lebih dari 50 penting produksi pertanian berasal dari rumah tangga petani ini. Mereka adalah kelompok masyarakat yang mampu melestarikan sumber-sumber pangan lokal, dan para petani inilah yang mampu menggerakan ekonomi di masyarakat desa. Rumah tangga petani juga menjadi tumpuan penting dalam produksi beras yang dibutuhkan sebagai sumber pangan.
Selama ini, faktanya petani selalu dikaitkan dalam konteks yang suram. (Baca: Profesi Petani Tidak Dilirik Kaum Muda)
Fakta yang terungkap dalam Sensus Pertanian 2013 memang menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan jumlah rumah tangga petani. Sebanyak lebih dari lima juta rumah tangga petani hilang.
Data sensus tersebut menunjukkan bahwa di tahun 2003 jumlah rumah tangga pertanian di Indonesia mencapai 31,17 juta rumah tangga dan kemudian menurun pada tahun 2013 menajdi 26,13 juta rumah tangga.
Selain itu, data juga menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga petani hanya sebesar Rp12,4 juta per tahun atau Rp 1 juta per bulan.
Penurunan jumlah rumah tangga petani kemudian dihadapkan dengan proyeksi jumlah penduduk Indonesia yang akan terus membengkak. Badan Pusat Statistik (BPS) pernah mengeluarkan data bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 205,1 juta pada tahun 2000 menjadi 273,2 juta pada tahun 2025. Hal ini tentunya memunculkan permasalahan tersendiri terkait ketersediaan pangan di Indonesia ke depannya.
Setiap individu sebagai konsumen pun memiliki peran penting untuk memberikan penghargaan pada petani. Salah satu bentuknya adalah dengan menyesuaikan pola konsumsi masyarakat dengan hasil-hasil pangan yang diproduksi oleh petani lokal. "Konsumen bisa mulai belajar mengenali dari mana sumber pangan mereka berasal dan juga mengenali produk-produk lokal yang dihasilkan oleh petani," ujar Puji. Konsumsi terhadap produk pangan mereka akan memberikan semangat bagi para petani.
Namun, saat ini, masih ada petani yang memiliki semangat besar untuk menjalani pekerjaannya. Mereka bahkan menjadi peneliti bagi keragaman sumber pangan Indonesia.
Beberapa pemenang KEHATI Award telah menujukkan semangat itu. Seperti Almarhum Mbah Suko, pemenang KEHATI Award 2001 yang berjuang membudidayakan kembali padi-padi lokal di Magelang Jawa Tengah demikian pula di Banjarnegara, nama Mbah Gatot sebagai pemulia padi lokal.
Di Pangalengan, ada nama Kustiwa Adinata, petani muda yang membuktikan bahwa profesi petani adalah profesi mulia.
Pemenang KEHATI Award 2009, Saenin yang berhasil melakukan penyilangan berbagai varietas padi unggulan yang menghasilkan varietas baru serta mengembangkan teknologi pupuk organik dengan mikroba lokal dari rumpun akar bambu.
Selain itu,semangat juga datang dari kelompok-kelompok dampingan Yayasan KEHATI di Adonara, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang masih terus berjuang membudidayakan sumber pangan lokal mereka seperti sorgum, kedelai, dan kacang-kacangan. Mereka sadar bahwa apa yang mereka upayakan tersebut dapat memberikan kontribusi besar bagi kedaulatan pangan di daerah mereka.
Contoh lain datang dari kelompok tani di daerah Semau, (NTT) yang tetap bersemangat bercocok tanam meskipun kondisi daerahnya yang sangat kering dan kurang air. Upaya Yayasan KEHATI dengan beberapa mitranya yang lain mengajarkan sistem irigasi tetes memberikan dampaknya yang besar bagi mereka untuk terus menekuni pekerjaannya sebagai petani.
Bentuk-bentuk pengembangan masyarakat seperti dua contoh tersebut adalah cara untuk mengembalikan kebanggaan petani terhadap pekerjaannya.