Apakah yang Terjadi Ketika Ada Dua Galaksi yang Saling Melintasi?

By Wawan Setiawan, Rabu, 20 Oktober 2021 | 19:00 WIB
Studi baru astronom India menemukan bahwa ketika dua galaksi saling terbang lintas, kedua struktur mereka akan berubah. (Pixabay)

Nationalgeographic.co.id—Meskipun alam semesta ini luas, namun ia terisi oleh banyak galaksi yang mungkin jumlahnya belum bisa kita pastikan. Galaksi-galaksi ini bergerak pada jalur lintasannya masing-masing. Sama halnya dengan kondisi jalan raya, jika kendaraan yang berlalu lalang semakin padat, ada kalanya akan saling bersenggolan, ataupun bertabrakan.

Begitu pula dengan galaksi. Di lingkungan alam semesta yang penuh sesak ini, galaksi dapat terbang melewati satu sama lainnya. Terkadang, mereka bisa bertabrakan dan bergabung. Ketika fenomena seperti itu terjadi, otomatis hal itu akan memengaruhi dinamika dan morfologi galaksi-galaksi tersebut.

Galaksi yang berpapasan, tentu jauh berbeda dengan galaksi yang bergabung. Ketika jarak mereka saling berdekatan, mereka akan mengerahkan tarikan gravitasi yang luar biasa kuatnya satu sama lain, lalu kemudian mereka akan menjauh di jalurnya masing-masing.

Galaksi yang bergabung telah dipelajari secara rinci. Namun untuk galaksi yang saling melintasi, belum terlalu banyak data yang dihasilkan. Sampai akhirnya studi baru ini dilakukan oleh para astronom India.

Sebuah studi baru telah menjelaskan fenomena ini mengungkap bagaimana galaksi yang saling melintas satu sama lain dapat mengubah struktur kedua galaksi tersebut. Ketika galaksi yang lebih kecil terbang ke galaksi yang lebih besar, itu bisa memicu pembentukan lengan spiral di galaksi yang lebih besar, sehingga mengubah strukturnya. Namun, lengan ini pun dapat memudar seiring dengan waktu.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Monthly Notices of Royal Astronomical Society pada 22 Juni 2021 yang berjudul Galaxy flybys: evolution of the bulge, disc, and spiral arms ini, menyelidiki efek terbang lintas kecil pada tonjolan, cakram, dan massa lengan spiral galaksi Bima Sakti untuk dua jenis tonjolan. Mereka menemukan bahwa efek utama pada cakram adalah adanya penebalan, yang terlihat sebagai peningkatan rasio skala tinggi cakram ke skala radius.

Baca Juga: Astronom Temukan Sinyal Aneh Berasal dari Pusat Galaksi Bima Sakti

Penggabungan galaksi seperti dua galaksi spiral ini (NGC 6050 dan IC 1179) mengandung lubang hitam supermasif yang semakin diselimuti oleh gas dan debu saat penggabungan berlangsung. (NASA, ESA, Hubble Heritage Team)

Melansir Tech Explorist, Ankit Kumar, seorang mahasiswa Ph.D. di Institut Astrofisika India, sebuah lembaga otonom dari Departemen Sains & Teknologi Pemerintah India, mengatakan, “Kami menggunakan superkomputer yang kuat di IIA untuk mengikuti gerakan bintang individu dari peristiwa terbang lintas dengan menghasilkan galaksi tiruan yang realistis dan mengembangkannya tepat waktu.”

Dalam penelitian yang dilakukan bersama Prof. Mousumi Das dari IIA dan Dr Sandeep Kataria dari Shanghai Jiao Tong University, Ankit Kumar beserta timnya menyelidiki pengaruh gravitasi masing-masing galaksi pada gerakan bintang-bintang lain menggunakan simulasi komputer canggih.

Melalui simulasi komputer canggih, mereka membuat galaksi cakram seperti Bima Sakti dan mensimulasikan galaksi yang lebih kecil sambil memvariasikan berbagai parameter, seperti massa galaksi yang lebih kecil, jarak terdekat yang mereka dekati, jenis tonjolan di galaksi yang lebih besar, dan seterusnya.

Dalam simulasi tersebut, mereka menemukan bahwa ketika galaksi yang lebih kecil melewati galaksi besar, itu memicu pembentukan lengan spiral di piringan yang terakhir.

Baca Juga: Studi Ilmuwan Mengungkap Cakram Bima Sakti yang Goyah dan Berkobar

Ilustrasi tentang penggabungan galaksi B14-65666 yang terletak 13 miliar tahun cahaya. (NAOJ)

“Mendekatkan jarak antara dua galaksi di fly-by, lebih kuat adalah lengan spiral yang terbentuk. Sebagian besar bintang masuk ke dalam pembentukan lengan spiral ini, dan sebagai hasilnya, galaksi cakram menjadi lebih kecil dan lebih tebal,” kata Kumar.

Ia juga menambahkan dalam penjelasannya, “Begitu galaksi yang lebih kecil meninggalkan tarikan gravitasi yang kuat dari galaksi besar, kekuatan lengan spiral mulai berkurang, dan mereka melemah. Hasil ini menandakan pentingnya galaksi satelit dalam memproduksi lengan spiral yang tahan lama di galaksi tempat mereka berputar.”

Sedangkan penulis lain juga mencatat, "Evolusi dinamis jangka panjang dari galaksi besar dapat sangat dipengaruhi oleh beberapa galaksi yang lebih kecil selama masa hidupnya."

“Kami melihat bahwa tonjolan bola bintang di dalam galaksi yang lebih besar sangat stabil terhadap interaksi terbang lintas karena sifatnya yang padat. Namun, mereka menemukan bahwa kelas galaksi cakram yang memiliki 'tonjolan datar' memang dipengaruhi oleh jarak dekat,” kata Prof. Mousumi Das dari IIA.

Baca Juga: Teleskop Hubble Menemukan Enam Galaksi yang Mati Secara Misterius