Perusahaan mendorong para pengrajin menjual produk dengan harga lebih murah sehingga para penenun terjerat hutang dan berjuang untuk mempertahankan bisnis. Ini diperburuk dengan munculnya kain berkualitas rendah dengan harga murah.
Baca Juga: Kain Ini Terbuat dari Jaring Laba-laba, Produk Tekstil Terlangka Dunia
Dalam beberapa tahun terakhir, orang Banglades bekerja keras untuk menghidupkan kembali kain muslin Dhaka. Saat ini, sebagian besar kain muslin memiliki jumlah benang antara 40 dan 80. Jumlah benang untuk kain muslin Dhaka berkisar antara 800 hingga 1.200. Meski belum sama, ini adalah pencapaian yang sangat mengesankan mengingat desain rumit yang ditenun ke dalam kain. Untuk mencapai kualitas tingkat tinggi ini, perajin di desa-desa sekitar Dhaka mengikuti proses 16 langkah yang melelahkan.
Selain proses rumit, tanaman kapas khusus yang menghasilkan serat phuti karpas menjadi kunci utama kain muslin Dhaka. Tidak ada benih spesies yang diketahui bertahan hingga saat ini. Namun para peneliti berhasil menemukan buklet daun keringnya di Royal Botanic Gardens, Kew. Setelah mengurutkan DNA dari daun, mereka akhirnya menemukan tanaman yang mirip di Banglades. Tim kemudian menanamnya dan bekerja dengan perajin Al Amin untuk menciptakan kembali alat dan proses seperti masa lalu.
Meskipun Bengal Muslin belum mampu menumbuhkan cukup banyak kapas unik untuk membuat pakaian lengkap, mereka menggabungkan serat dengan bahan katun lain untuk membuat benang hibrida. Dari benang hibrida itu, kain sari muslin hibrida pun tercipta dan dapat dijual ke pasaran.
Pemerintah turut memberikan dukungan pada usaha menghidupkan kembali kain muslin Dhaka. Bagi mereka, ini merupakan kebanggaan nasional dan identitas negara. Bukan sebagai negara miskin tetapi sebagai negara yang terkenal akan industri garmen penghasil kain terbaik yang pernah ada.