Banyak burung hantu memiliki kemampuan luar biasa untuk terbang dalam keheningan. Bisakah perilaku mereka memiliki implikasi terhadap cara manusia merancang pesawat? Itulah, yang kini, coba diteliti para ilmuwan.
Nigel Peake menghabiskan waktunya mengamati dan mempelajari burung hantu; bukan sebagai seorang ahli ilmu burung, tetapi sebagai ahli matematika profesional. Burung hantu tidak mungkin tampak menarik bagi seorang profesor matematika terapan, namun Profesor Nigel percaya, bulu mereka bisa membantu meningkatkan teknik dan desain pesawat terbang modern.
Ia bukan satu-satunya ilmuwan yang melihat alam untuk membantu mengatasi desain manusia yang kompleks dan masalah teknik. Beberapa tahun terakhir, minat di bidang biomimikri, yang melibatkan pemodelan dan sistem simulasi dari alam, meningkat.
Profesor Nigel mempelajari ilmu penghasil suara di Departemen Matematika Terapan dan Fisika Teoritis di Universitas Cambridge, Inggris. Sebagai bagian dari penelitiannya, ia mengamati secara lekat bulu pada burung hantu, dan menemukan bahwa spesies ini memiliki fitur yang berbeda dari burung lain.
Beberapa burung hantu bisa terbang hampir tanpa suara, yang memungkinkan mereka untuk menukik ke arah mangsa, tanpa terdeteksi. Kemampuan burung hantu inilah yang menarik perhatian Profesor Nigel, dan bagaimana bulu dari burung hantu dapat digunakan untuk merancang perangkat sayap pesawat dan bilah turbin yang bisa mengurangi kebisingan dan tarikan.
"Burung hantu menggunakan sistem pendengaran mereka sendiri untuk mendeteksi mangsa. Sehingga, mereka tidak ingin membuat kebisingan yang menghapus suara mangsanya, dan tentu saja mereka tidak ingin sang mangsa mendeteksi kehadiran mereka," jelas Profesor Nigel.
Ia lantas menguraikan, "Tapi benar-benar belum dimengerti bagaimana burung hantu berhasil melakukan hal itu. Pertanyaan besar yang menarik perhatian saya adalah: bisakah kita mengerti bagaimana burung hantu berhasil melakukan hal itu, dan jika demikian, bisakah kita mempelajarinya dan menerapkannya pada pesawat?"
Profesor Nigel dan rekan-rekannya tidak melakukan eksperimen langsung pada burung hantu. Sebaliknya, para peneliti ini telah mensimulasikan sayap dan bulu burung hantu dengan menggunakan terowongan angin.
"Hal pertama yang kita lakukan adalah benar-benar melihat bulu, dan bahkan nyatanya, orang-orang telah melakukan ini selama bertahun-tahun. Ketika Anda melihat bulu burung hantu, apa yang menjadi jelas adalah bahwa mereka sangat berbeda dari burung lainnya," ungkap Prof. Nigel
"Malahan, mereka sangat berbeda dari beberapa burung hantu lain yang tidak perlu berburu secara diam-diam. Ada beberapa burung hantu kerdil yang sangat kecil yang tidak memiliki fitur-fitur khusus pada bulu," tambahnya.
Dalam melihat hasil penelitian, dua hal unik telah teridentifikasi dari burung hantu.
"Pertama, ketika Anda melihat bulu sayap dengan mikroskop, mereka bertekstur jauh lebih halus, hampir mikro fraktural, jauh lebih halus dari bulu biasa," sebutnya.
Ia menyambung, "Kedua, pada tepi sayap, burung hantu memiliki sesuatu serupa sisir yang fleksibel, hampir seperti sikat rambut, dan tidak terlihat pada burung lain yang tak berburu dalam keheningan."
Memahami rahasia bulu burung hantu adalah satu hal, tetapi menerapkan aspek struktur kompleks mereka pada pesawat modern, ternyata lebih sulit ketimbang apa yang muncul ke hadapan.
"Karena bulu-bulu ini sangat rumit. Tidak ada kesempatan untuk benar-benar mampu membuat replika, apalagi menempelkannya di setiap struktur dan berharap agar mereka bertahan hidup dalam kondisi berangin atau hujan," kata sang Profesor.
Meski demikian, Profesor Nigel dan rekan-rekannya di Universitas Cambridge, baru-baru ini, mengembangkan perangkat yang terinspirasi dari burung hantu, yang di masa depan, dapat digunakan untuk pesawat agar tidak terlalu bising.
"Akhirnya kami merancang perangkat yang cukup sederhana, yang bisa Anda baut di sudut sayap pesawat atau turbin angin. Perangkat ini telah diuji di terowongan angin dan mampu berfungsi. Ini sangat memuaskan," ungkapnya.
Burung hantu tentu bukanlah ahli matematika atau insinyur, tapi mereka telah lama menyempurnakan keterampilan untuk terbang dengan hening.
"Mereka telah melakukan ini selama jutaan tahun bahkan sebelum kita memikirkan hal itu."