Gema Gong 7 Generasi

By , Rabu, 26 November 2014 | 17:46 WIB

Dari luar penampilannya biasa saja. Sama seperti rumah pada umumnya. Tidak mewah dan tidak luas juga. Hanya terdapat papan nama yang tergantung di dindingnya bertuliskan “Gong Pancasan”.

Saat masuk ke pintu yang ada di sampingnya, langsung udara panas menyerebak. Bara dan api di tengah ruang gelap disertai suara bising pukulan palu besar ke sebongkah lempengan besi merah menyambut. Sekitar 20 pekerja berpeluh membuat gong. Dari tempat inilah gong yang merupakan alat musik gamelan terus lestari di Tanah Air. 

Sesuai namanya, pabrik Gong Pancasan berada di kawasan Pancasan, tak jauh dari kawasan Empang, Bogor, Jawa Barat. Pabrik gong ini sudah memasuki keturunan atau generasi ketujuh dari keluarga H. Sukarna, seorang seniman Sunda.

Saat ini H. Sukarna berusia 86 tahun dan mulai menurunkan pekerjaannya kepada anak-anaknya.

"Di mana daerah yang masih menggunakan alat musik tradisional, pasti masih pakai gamelan dan butuh gong," kata Karna, salah seorang pekerja di pabrik Gong Pancasan.

Karna dan pekerja lainnya juga masih kerabat dan memiliki hubungan darah dengan keluarga pemilik pabrik. “Banyaknya juga masih keturunan. Dulu bapaknya sekarang anaknya atau keponakan, sampai ada yang cucunya jadi pekerja di sini,” kata Karna.

Bagi pemula biasa diberi tugas yang ringan sambil belajar. "Seperti cara memegang palu, kan nggak bisa asal pukul saja," katanya.

Ia juga mengungkapkan, sistem kerja di pabrik Gong Pancasan memegang prinsip kekeluargaan. Kerja mulai pagi sekitar pukul tujuh sampai pukul empat sore. "Kan kerjanya dekat api, jadi panas. Suasananya kerjanya jangan dibikin panas juga. Dibikin santai dan adem," ujar Karna. 

Setiap hari setidaknya pabrik bisa menghasilkan 6 gong kecil buat gamelan. Kalau gong ukuran besar biasa memakan waktu 2 hari. Bahan yang digunakan juga tergantung kelas dan harganya.

Karna mengatakan, "Perunggu lebih mahal. Kelasnya nomor satu. Di bawahnya ada kuningan."

Kadang pabrik juga menggunakan bahan besi untuk membuat gong. Semua tergantung pemesanan. Setiap set gamelan harganya beragam, kisaran Rp15 juta sampai Rp75 juta.

Pabrik Gong Pancasan, Bogor, Jawa Barat (Fira Abdurachman/Kompas.com)

Pemesan juga datang dari berbagai kalangan. Paling sering adalah sanggar seni, sekolahan, termasuk kalangan pemda.

"Biasa kalau ada pilkada bupati atau wali kota—ramai pesanan he-he-he," ucap Karna. Tak terkecuali juga turis asing. "Kalau turis biasanya tahu dari internet. Datang beli satuan buat suvenir saja," sambungnya.