Ekonomi Hijau untuk Pembangunan di Heart of Borneo

By , Selasa, 2 Desember 2014 | 19:12 WIB

Kelompok Kerja Nasional Heart of Borneo (Pokjanas HoB) Indonesia meluncurkan dokumen “Strategi Implementasi Pembangunan di Heart of Borneo Melalui Pendekatan Ekonomi Hijau” di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, pada hari ini, Selasa (2/12).

Dokumen tersebut mengupas sektor-sektor strategis di setiap provinsi yang berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, menurut berita siaran pers yang diterima National Geographic Indonesia.

Di tingkat sektoral, implementasi ekonomi hijau di wilayah HoB diantaranya dapat dikembangkan di sektor hasil hutan kayu dengan penerapan Prinsip-prinsip Pengelolaan Hutan Lestari (PPHL) dan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK), penerapan ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) untuk perkebunan kelapa sawit, penerapan pertambangan yang bertanggung jawab, pemanfaatan keanekaragaman hayati untuk produksi bioprospecting, pengembangan dan pemanfaatan HHBK (hasil hutan bukan kayu) dan penerapan sistem dan mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL).

“Ekonomi hijau adalah paradigma ekonomi baru, yang dapat mendorong pertumbuhan pendapatan dan lapangan kerja, sekaligus mengurangi risiko kerusakan lingkungan, dan diharapkan mampu mewujudkan pembangunan berkelanjutan,” kata Prabianto Wibowo Mukti, Ketua Pokjanas HoB Indonesia.

“Dokumen yang hari ini diluncurkan kami harapkan dapat dijadikan pedoman bagi provinsi dan kabupaten di HoB dalam menerapkan ekonomi hijau untuk kesejahteraan masyarakat dan kelestarian sumber daya alam HoB,” lanjutnya.

Dokumen ini disusun oleh tim akademisi yang berasal dari tiga universitas di Kalimantan yaitu Universitas Tanjung Pura (Untan), Universitas Palangkaraya (Unpar) dan Universitas Mulawarman (Unmul) — serta universitas lainnya di Jawa yaitu Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Institut Pertanian Bogor (IPB). Proses penyusunan difasilitasi dan didukung oleh FORCLIME-GIZ dan WWF-Indonesia.

FORCLIME adalah suatu program bilateral yang dilaksanakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI dan GiZ, didanai melalui Kementerian Federal Jerman untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan. (Baca lagi di sini)

“Penerapan ekonomi hijau sebagai visi pembangunan di HoB memerlukan peran aktif dan kerja sama dari pemerintah, swasta, kelompok masyarakat sipil, akademisi dan masyarakat lokal. Dengan demikian, ekonomi hijau di HoB akan mampu mendorong pembangunan berkelanjutan yang inklusif dan menganut prinsip kesetaraan di HoB,” ujar CEO WWF-Indonesia, Efransjah. 

Dalam sambutan tertulis, Achmad Diran juga mengungkapkan, “Melalui inisiatif Heart of Borneo dan kerja sama dari para pihak terkait, diperlukan sebuah langkah konkret dan terukur dalam mewujudkan keseimbangan antara perlindungan sumberdaya alam dan pertumbuhan ekonomi hijau di provinsi ini.

Hal ini akan mendukung pengelolaan hutan yang efektif yang dapat membantu mengurangi emisi karbon, meningkatkan ekosistem, dan menyediakan manfaat ekonomi untuk masyarakat sekitar yang merupakan tujuan utama pertumbuhan ekonomi hijau.”

Pengembangan ekonomi hijau di wilayah HoB juga memerlukan peran serta masyarakat. Peran aktif masyarakat ini baik sebagai komponen pendukung ekonomi hijau dari sektor strategis, maupun sebagai pelaku dalam mengembangkan ekonomi hijau berbasis masyarakat. (Dok. WWF-Indonesia/Roni Mulyadi)

Melalui dokumen strategis dan seminar ini, diharapkan terbangun pemahaman terhadap strategi ekonomi hijau di HoB dan menjadikan buku strategi implementasi yang diluncurkan sebagai rujukan karena memuat strategi yang jelas dengan indikator terukur.

Tujuan inisiatif HoB adalah untuk mempertahankan keberlanjutan manfaat salah satu kawasan hutan hujan terbaik yang masih tersisa di Borneo bagi kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang.

“Mengarusutamakan prinsip ekonomi hijau seperti mitigasi perubahan iklim atau konservasi keanekaragaman hayati dalam perencanaan pembangunan, dan meningkatkan penghidupan berkelanjutan masyarakat di dalam dan sekitar hutan di wilayah HoB adalah tujuan utama,” tandas Heinrich Terhorst, Green Economy Strategic Area Manager di FORCLIME-GiZ.!break!