Kenali Para Pemimpin Al Qaida Saat Ini

By , Senin, 8 Desember 2014 | 23:40 WIB

Al-Qaida terus mengalami perubahan seiring tewasnya sejumlah pimpinan tinggi mereka—termasuk tentu saja kematian Osama Bin Laden pada 2011. 

Fokus geografis militan ini juga berubah, seiring berkembangnya kelompok militan ISIS atau yang mengklaim sebagai Negara Islam. (Baca juga Tokoh Militer Senior Al-Qaeda Tewas)

Inilah sejumlah profil para tokoh penting al-Qaida

Ayman al-Zawahiri 

Ayman al-Zawahiri disebut sebagai pemimpin baru al-Qaida pada 16 Juni 2011, beberapa pekan setelah kematian Osama Bin Laden. 

Dalam pernyataannya, al-Qaida berjanji untuk meneruskan upaya jihad mereka di bawah pimpinan baru melawan Amerika dan pembantunya Israel dan siapa saja yang mendukung mereka. 

Zawahiri dulu menjabat sebagai kepala ideologi dan dipercaya oleh sejumlah pakar terorisme sebagai "otak operasi" peristiwa 11 September 2001 di Amerika. 

Ayman al-Zawahiri (AFP via BBC Indonesia)

Zawahiri adalah nomor dua di belakang Bin laden dalam daftar 22 teroris paling dicari yang diumumkan oleh pemerintah AS pada 2001. 

Salah satu istri dan dua anaknya tewas dalam sebuah serangan udara di akhir 2001. 

Pada Juni 2013, Zawahiri meminta kelompok militan ISIS atau yang mereka klaim sebagai Negara Islam meninggalkan Suriah dan fokus ke Irak saja. 

Pada Febuari 2014, al-Qaida memutuskan total semua hubungan mereka dengan kelompok ISIS. 

Nasser Abdul Karim al-Wuhayshi 

Wuhayshi, mantan sekretaris pribadi Osama Bin Laden, adalah pimpinan al-Qaida di Peninsula Arab (AQAP), yang dibentuk pada 2009. 

Ini merupakan gabungan dua cabang al-Qaida di Arab Saudi dan Yaman. 

Media AS, CNN, mengutip pejabat AS yang mengatakan bahwa ada indikasi bahwa Wuhayshi telah ditunjuk sebagai tangan kanan Ayman al-Zawahiri. Ini memperkuat anggapan bahwa al-Qaida sekarang mengubah orientasinya dari wilayah Afghanistan-Pakistan ke Arab. Wuhayshi dilaporkan baru berusia 36 tahun. 

!break!

Khalid al-Habib 

Khalid al-Habib, dilaporkan berkebangsaan Mesir atau Maroko. Dia diidentifikasi dalam sebuah video yang dirilis November 2005 sebagai komandan lapangan al-Qaeda di Afghanistan tenggara, sementara Abdul Hadi al-Irak disebut sebagai komandan di barat daya. 

Pada awal 2006, para pejabat Pakistan melaporkan bahwa Habib telah tewas dalam serangan udara AS di dekat perbatasan Afghanistan, namun para pejabat keamanan Pakistan menarik klaim itu, dengan mengatakan bahwa tidak ada pemimpin al-Qaida yang tewas. 

Habib tampaknya memegang komando keseluruhan di Afghanistan setelah penangkapan al-Irak pada 2006. 

Dia digambarkan sebagai "komandan militer" al-Qaida pada Juli 2008. Para pejabat militer AS mengatakan ia mengawasi operasi "internal" al-Qaida di Afghanistan dan Pakistan utara. 

Saif al-Adel 

Pria Mesir berusia 40-an atau awal 50-an, Saif al-Adel adalah nama alias dari mantan kolonel angkatan darat Mesir, Muhamad Ibrahim Makkawi. Dia melakukan perjalanan ke Afghanistan pada 1980-an untuk melawan pasukan Soviet bersama mujahidin. 

Adel pernah menjadi kepala keamanan Osama Bin Laden, dan diasumsikan banyak mengemban tugas komandan militer Mohammed Atef setelah dia tewas dalam serangan udara AS pada November 2001. 

Dia dicurigai sebagai anggota kelompok yang membunuh mantan Presiden Mesir Anwar Sadat pada 1981. Pada 1987, Mesir menuduh Adel mencoba untuk membentuk sayap militer kelompok militan Islam al-Jihad, dan mencoba untuk menggulingkan pemerintah. 

Dia diyakini telah terlibat dalam pemboman 1998 kedutaan AS di Afrika Timur, pelatihan para pejuang Somalia yang menewaskan 18 prajurit AS di Mogadishu pada tahun 1993, dan memerintahkan beberapa pembajak pesawat 11 September 2001. 

Mustafa Hamid 

Mustafa Hamid, bapak mertua Saif al-Adel, menjabat sebagai instruktur taktik di kamp al-Qaida dekat Jalalabad. Dia juga merupakan penghubung antara kelompok mereka dan pemerintah Iran, menurut AS. 

Setelah jatuhnya Taliban, ia menegosiasikan relokasi yang aman untuk beberapa anggota senior al-Qaida dan keluarga mereka ke Iran. Pada pertengahan 2003, Hamid ditangkap oleh pihak berwenang Iran, namun satu laporan mengatakan dia dibebaskan pada 2011 dan kembali ke Mesir setelah revolusi.