Longsor Adalah Bom Waktu

By , Senin, 15 Desember 2014 | 17:19 WIB
Rumah-rumah bersalut lumpur di Prefektur Hiroshima, Jepang. Tanah longsor melanda wilayah ini, Rabu pagi (20/8/2014). (AP Photo)

LIPI sebetulnya telah menyiapkan teknologi pendeteksi longsor sejak awal 2013: berupa sensor. Beberapa jenis sensor yang telah dikembangkan oleh Pusat Penelitian Fisika LIPI yakni ekstensometer (optik dan elektrik) dengan sensitivitas 10 mV per milimeter (mm), FBG Strain sensor, dan inklinometer (portable dan static) dengan resolusi 0,01 derajat.

"Ekstensometer ini untuk mengetahui pergerakan tanah, sehingga dapat dipasang di lebih banyak titik. Alat ini cukup sensitif sehingga pergerakan 0,01 mm bisa diketahui," ujar Bambang. Beberapa lokasi yang menjadi tempat uji coba sensor-sensor ini antara lain Karangsambung, Karanganyar, dan jalan tol Ungaran, Semarang. Penempatan empat macam sensor dipasang di masing-masing lokasi tersebut dan dipantau dari Serpong, Tangerang.

Dengan menempatkan multi-sensor di multi-lokasi dan membuat sistem monitoring pergerakan tanah seperti yang telah diuji coba LIPI, maka sistem peringatan dini khusus untuk bencana tanah longsor sangat mungkin diaplikasikan secara nasional.

Sementara peneliti Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Adrin Tohari, mengatakan teknik lain memprediksi tanah longsor dapat menggunakan sensor elektromagnetik dengan penempatan yang tepat di lokasi-lokasi yang sebelumnya telah diketahui rawan longsor.

Prinsipnya untuk mengontrol kenaikan muka air tanah, sehingga jika air lebih tinggi dari bidang gelincir yang memicu longsor kita hisap air dalam lereng supaya tetap di bawah bidang gelincir," ujar Tohari.

Untuk itu, menurut dia, pendekatan pemetaan empiris yakni GIS based mapping untuk menetapkan "lokasi merah" rawan tanah longsor harus dilakukan sebelum penempatan sensor pada tanah.

GIS atau Geographic Information System (Sistem Informasi Geografis) adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi bereferensi geografis, misalnya data yang diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah database.!break!

Bencana alam longsor. (Foto: Masyudi Syachban Firmansyah/Fotokita.net)

Berdasarkan catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terhadap kerawanan tanah longsor di Indonesia periode 1990 hingga 2013, angka kejadian tanah longsor tertinggi mencapai lebih dari 600 peristiwa terjadi di Jawa Tengah, diikuti oleh Jawa Barat dengan lebih dari 400 peristiwa, dan Jawa Timur yang hampir mencapai 300 peristiwa.

Sebelumnya, sejumlah longsor besar terjadi di Indonesia. Yang paling akhir, agak segar di ingatan kita, tentunya longsor di Cililin, Jawa Barat pada Maret 2013 yang mengakibatkan 14 orang tewas, 3 hilang, 23 luka-luka, dan 185 mengungsi.