Longsor Adalah Bom Waktu

By , Senin, 15 Desember 2014 | 17:19 WIB

Masyarakat Indonesia secara umum masih belum siap menghadapi bencana dan mitigasi bencana pun masih jauh dari ideal. Bencana masif longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, sekali lagi menunjukkan itu.

Jutaan penduduk hidup di kaki-kaki tebing rapuh, yang dengan curah hujan tinggi, longsor hanyalah bom waktu. (Menurut sebuah kajian di Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan; besarnya curah hujan, intensitas, dan distribusi merupakan faktor yang menentukan kekuatan dispersi hujan terhadap tanah serta jumlah dan kecepatan aliran permukaan dan kerusakan longsor.)

Pada 10-11 Desember lalu, hujan deras melanda daerah Banjarnegara. Tanah jenuh dengan air, longsor kecil di beberapa tempat.

Lalu pada 12 Desember, kira-kira pukul 17.00 WIB terjadilah longsor. Saat itu hujan gerimis. Bagian dari Bukit Telagalele longsor menimbulkan bunyi gemuruh. Material penyusun Bukit Telagalele adalah endapan vulkanik tua, sehingga ada pelapukan.

Material longsor itu meluncur ke bawah berbelok ke sisi kiri karena gravitasi bumi dan mengikuti kemiringan lereng. Material longsor menimbul 8 rumah kemudian meluncur melewati ruas jalan antarprovinsi Banjarnegara–Pekalongan, hingga menimbun 35 rumah. Material longsor menerjang permukiman di bawah dengan waktu kurang dari lima menit.

SUMBER: BNPB

"Di Banjarnegara ada 20 kecamatan yang memiliki potensi sedang hingga tinggi [untuk terkena] longsor. Dusun Jemblung, di dalam peta, merupakan daerah yang rawan longsor," ujar Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam konferensi pers di Jakarta Pusat, Senin (15/12).

"Warga di Dusun Jemblung sekitar 308 jiwa, di mana 200 jiwa berhasil menyelamatkan diri, sedangkan 108 jiwa diperkirakan tertimbun longsor," lanjutnya.!break!

Longsor tak pelak lagi merupakan suatu fenomena alam yang sangat potensial menimbulkan kerusakan dan kerugian. Untuk Indonesia, titik rawan longsor tersebar di banyak daerah — sepanjang Bukit Barisan di Sumatera, Jawa bagian tengah dan selatan, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Lihat peta berikut ini.

Sumber: GEOSPASIAL Badan Nasional Penanggulangan Bencana

"Saya gemetar mendengar korban longsor di Karangkobar yang sedemikian banyak, tanpa bisa memberi peringatan langsung," Edi Prasetyo Utomo (58), peneliti senior pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan pada Kompas, Minggu (14/12).

LONGSOR BANJARNEGARA  Tim gabungan mencari dan mengevakuasi korban tertimbun longsor di Kabupaten Banjarnegara. (Foto: Dok. BNPB/Sutopo Purwo Nugroho)

Sudah 33 tahun Edi menjadi peneliti geologi lingkungan dengan fokus pergerakan tanah atau longsor. Namun, jelang akhir karier sebagai penelitinya, ia belum melihat ada perubahan signifikan sikap pemerintah melindungi rakyatnya dari bencana tersebut.

"Longsor akan berulang, ciri-cirinya bisa dikenali."!break!

Jepang adalah satu negara yang telah dengan serius menangani antisipasi bencana tanah longsor dengan membuat sistem peringatan dini tanah longsor di ruas jalan pegunungan yang berhasil memberikan informasi pergerakan tanah sehingga mampu memberikan rekomendasi kepada pihak berwenang melakukan penutupan jalan — 48 jam sebelum longsor terjadi.

Rumah-rumah bersalut lumpur di Prefektur Hiroshima, Jepang. Tanah longsor melanda wilayah ini, Rabu pagi (20/8/2014). (AP Photo)

LIPI sebetulnya telah menyiapkan teknologi pendeteksi longsor sejak awal 2013: berupa sensor. Beberapa jenis sensor yang telah dikembangkan oleh Pusat Penelitian Fisika LIPI yakni ekstensometer (optik dan elektrik) dengan sensitivitas 10 mV per milimeter (mm), FBG Strain sensor, dan inklinometer (portable dan static) dengan resolusi 0,01 derajat.

"Ekstensometer ini untuk mengetahui pergerakan tanah, sehingga dapat dipasang di lebih banyak titik. Alat ini cukup sensitif sehingga pergerakan 0,01 mm bisa diketahui," ujar Bambang. Beberapa lokasi yang menjadi tempat uji coba sensor-sensor ini antara lain Karangsambung, Karanganyar, dan jalan tol Ungaran, Semarang. Penempatan empat macam sensor dipasang di masing-masing lokasi tersebut dan dipantau dari Serpong, Tangerang.

Dengan menempatkan multi-sensor di multi-lokasi dan membuat sistem monitoring pergerakan tanah seperti yang telah diuji coba LIPI, maka sistem peringatan dini khusus untuk bencana tanah longsor sangat mungkin diaplikasikan secara nasional.

Sementara peneliti Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Adrin Tohari, mengatakan teknik lain memprediksi tanah longsor dapat menggunakan sensor elektromagnetik dengan penempatan yang tepat di lokasi-lokasi yang sebelumnya telah diketahui rawan longsor.

Prinsipnya untuk mengontrol kenaikan muka air tanah, sehingga jika air lebih tinggi dari bidang gelincir yang memicu longsor kita hisap air dalam lereng supaya tetap di bawah bidang gelincir," ujar Tohari.

Untuk itu, menurut dia, pendekatan pemetaan empiris yakni GIS based mapping untuk menetapkan "lokasi merah" rawan tanah longsor harus dilakukan sebelum penempatan sensor pada tanah.

GIS atau Geographic Information System (Sistem Informasi Geografis) adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi bereferensi geografis, misalnya data yang diidentifikasi menurut lokasinya, dalam sebuah database.!break!

Bencana alam longsor. (Foto: Masyudi Syachban Firmansyah/Fotokita.net)

Berdasarkan catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terhadap kerawanan tanah longsor di Indonesia periode 1990 hingga 2013, angka kejadian tanah longsor tertinggi mencapai lebih dari 600 peristiwa terjadi di Jawa Tengah, diikuti oleh Jawa Barat dengan lebih dari 400 peristiwa, dan Jawa Timur yang hampir mencapai 300 peristiwa.

Sebelumnya, sejumlah longsor besar terjadi di Indonesia. Yang paling akhir, agak segar di ingatan kita, tentunya longsor di Cililin, Jawa Barat pada Maret 2013 yang mengakibatkan 14 orang tewas, 3 hilang, 23 luka-luka, dan 185 mengungsi.