Bagaimana Manusia Kuno Menyimpan Makanan Sebelum Kulkas Diciptakan?

By Agnes Angelros Nevio, Minggu, 31 Oktober 2021 | 15:00 WIB
Seorang wanita sedang berdiri didepan kulkas. (Lutfi Fauziah)

Nationalgeographic.co.id - Pendinginan adalah fenomena yang cukup baru, jadi selama ribuan tahun, orang-orang harus memikirkan cara cerdas untuk mengawetkan makanan. Cara-cara ini digunakan untuk memperlambat pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit bawaan makanan atau menyebabkan makanan membusuk. Banyak praktik pengawetan selain pendinginan—contohnya penggaraman, pengeringan, pengasapan, pengawetan, dan fermentasi—dan cara-cara ini telah digunakan sejak lama.

Selain metode ini, bagaimana orang kuno menyimpan sisa makanan mereka?

Ternyata pemburu-pengumpul awal memiliki beberapa cara yang cukup kreatif untuk memperpanjang "masa simpan" dari tempat penyimpanan makanan mereka.

Baca Juga: Ikan Asin Juga Bisa Menjadi Penyebab Kanker, Apa Alasannya?

Memburu mamut

Suatu pagi di musim gugur tahun 2015, dua petani di Michigan menemukan sesuatu yang tidak terduga: tulang panggul dari seekor mamut. Setelah beberapa panggilan telepon dan penggalian, tim peneliti menemukan bukti paleontologi dan arkeologi tambahan yang membuat pemandangan menjadi lebih jelas.

Lebih dari 11.000 tahun yang lalu, kawanan mamut berkeliaran di Amerika Utara. Bagi pemburu-pengumpul, berhasil memburu hewan seukuran gajah Afrika akan terasa seperti memenangkan lotre—hadiah yang tidak ingin Anda sia-siakan. Jadi, beberapa orang pribumi menaruh sisa mamut mereka ke dalam kolam untuk disimpan untuk digunakan nanti.

“Kolam itu menawarkan tempat untuk menyimpan bagian-bagian bangkai,” ujar Daniel Fisher, seorang profesor dan kurator di Museum Paleontologi University of Michigan, dilansir dari Live Science. "Apa alternatifnya ketika ada predator dan pemburu lain di lanskap yang dengan senang hati akan memakan buruan mereka?"

Bangkai itu sengaja ditempatkan di salah satu dari banyak kolam kecil dan dangkal yang menghiasi lanskap pascaglasial Upper Midwest. Namun pengawetan daging bukan karena air, tepatnya; sebagian besar merupakan kerja keras bakteri, Lactobacilli, yang hidup di air.

Lactobacilli menghasilkan asam laktat, produk sampingan kimia dari respirasi anaerobik. Bakteri menjajah daging, dan asam laktat mempertahankan massa otot. Fisher juga memuji suhu rendah dan kandungan oksigen dari air danau yang rendah dalam membantu proses pengawetan.

Fisher yakin perburuan itu mungkin terjadi pada musim gugur. Hewan tersebut diburu dan disembelih di tempat mereka mati, dan potongan besar disimpan di air di kolam kecil di dekatnya. Dagingnya tetap bisa dimakan sampai musim panas berikutnya. Fisher mengetahui hal ini karena ia telah melakukan eksperimen menggunakan rusa, domba, dan bahkan kuda. Dia menemukan bahwa daging itu masih bisa dimakan (setelah dimasak terlebih dahulu untuk membunuh bakteri berbahaya yang mungkin tinggal di dalam daging), bahkan setelah berbulan-bulan terendam di kolam kecil yang dingin.

"Asam laktat juga melunakkan daging," kata Fisher. "Itu memang memberikan bau dan rasa yang kuat, seperti keju Limburger. Itu menciptakan makanan yang menarik."