Gotong Rotong Menyiapkan Peti Jenazah Korban Kecelakaan QZ8501

By , Sabtu, 3 Januari 2015 | 09:45 WIB

"Ini instruksi Pak Bupati. Saya katakan iya, siap. Mereka rekan-rekan yang ada di pikiran saya, yang bisa saya hubungi, mulai dari PNS dan bukan PNS. Kemudian saya berkoordinasi, besok pagi jam 10 diminta Pak Bupati peti harus sudah selesai," kata Juni.

Namun, pada malam itu mereka hanya mampu menyelesaikan satu peti. Alasannya, sebuah peti itu sebagai contoh untuk spesifikasinya. Dia membawa peti mati tersebut ke rumah sakit, disaksikan oleh wakil gubernur setempat, bupati, dan Basarnas yang berada di ruang kamar jenazah.

Peti itu pun dinyatakan layak. Tetapi, dia mendapat masukan dari Basarnas untuk sebaiknya semua peti didempul, kemudian dilengkapkan aluminium foil, dan karpet hitam. Supaya saat dimasukkan es tidak bocor. Semua masukan direkam dalam pikirannya untuk tancap gas membuat peti.

!break!

Juni mengaku sempat kesulitan memenuhi permintaan bupati sediakan 162 peti dalam waktu satu malam. Dia beralasan kesulitan mencari bahan-bahan, karena saat malam pukul 20.00 WIB itu, aluminium foil, dan karpet yang dicari-cari tak kunjung didapat lantaran toko-toko di wilayah yang didatangi sudah tutup.

Peti jenazah yang disiapkan untuk mengangkut jasad korban kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501 di Rumah Sakit Sultan Imanudin, Pangkalan Bun. (Efan Ekananda/National Geographic Indonesia)

Siapa sangka, keesokan harinya, Rabu (31/12), ia akhirnya menyelesaikan 80 peti jenazah. Jumat malam mereka berhasil membuat 175 unit peti. Sabtu (3/1), kembali ingin mencapai target membuat hingga 180 peti.

"Yang penting satu peti sudah jadi, harus hari itu juga, harus ada contoh supaya ada spesifikasi. Setelah itu, saya sudah tahu modelnya saya kerjakan dengan teman-teman beres," ucap dia.

Ia menyebutkan, selain tanggung jawab dan amanah, semua ini dikerjakan secara bergotong-royong. Dengan niat tulus dan murni semata-mata untuk membantu korban.

"Saya terima kasih buat dukungan seluruh masyarakat Indonesia dan khususnya para pekerja, peti ini bisa selesai semua, walaupun tidak selesai satu malam, tetapi dua hari dua malam," kata Juni.

"Mewakili warga Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Kami turut berduka cita yang sangat mendalam. Sebagai bentuk duka yang mendalam, kami sudah menyiapkan karangan bunga (di atas peti) sebagai bukti kami turut berduka cita yang mendalam."

!break!

"Hanya inilah yang bisa diberikan dari masyarakat Kobar. Mudah-mudahan bisa sedikit melegakan, bahwa peti sudah terkemasi dengan baik. Hanya itulah yang mampu kami berikan," ucapnya menambahkan.

Secara terpisah, Bupati Kotawaringin Barat Ujang Iskandar mengatakan ingin berupaya maksimal membantu korban, yakni dengan mencoba membuat 162 peti jenazah dalam waktu satu malam. Dengan begitu dia berharap dapat membantu seratus persen.

"Soalnya kalau waktu evakuasi korban di rumah sakit (Sultan Imanudin) sini kalau kita enggak siap kan, bagaimana tuh? Akhirnya kami selesaikan (dua hari dua malam)," kata Ujang.

Ia menyatakan, setelah melihat jenazah dan suasana duka para keluarga korban, dia turut merasakannya. Dengan alasan itulah peti jenazah disertakan karangan bunga di atasnya. "Kami turut berduka, kami kasih bunga di atas peti," ujarnya.

Pantauan di lokasi, ratusan peti jenazah berjejer rapi tak jauh dari ruangan Posko DVI RSUD Sultan Imanuddin. Peti-peti tersebut sebagian besar sudah disertakan karangan bunga di atasnya.

Peti jenazah itu sudah diisi korban penumpang pesawat AirAsia QZ 8501 sejak pengataran jenazah pada hari pertama ke Surabaya. Dua jasad pertama dievakuasi oleh tim gabungan Basarnas dari perairan Selat Kalimata.