Kenali KRI Bung Tomo, Kapal Perang Penemu Pertama Serpihan QZ8501

By , Selasa, 6 Januari 2015 | 13:40 WIB

Tanda tanya seputar hilang kontaknya pesawat AirAsia QZ8501 rute Surabaya-Singapura pada Minggu (28/12) lalu mulai terkuak setelah ditemukannya puing pesawat dan jenazah yang diduga penumpang dan kru pesawat. Puing atau bagian pesawat yang pertama kali ditemukan adalah emergency exit door pada 30 Desember 2014. Yang pertama kali menemukan adalah tim KRI Bung Tomo-357.

Setelah adanya laporan penemuan puing, Presiden Joko Widodo langsung meninjau ke lokasi. Ia juga berkomunikasi dengan Komandan KRI Bung Tomo-357 Kolonel Laut Yayan Sofyan.

Seperti apa KRI Bung Tomo ini? Mari mengenalnya lebih dekat...

KRI Bung Tomo-357 merupakan kapal perang yang dibeli dari Inggris oleh TNI Angkatan Laut pada tahun 2013 lalu. Penamaan Bung Tomo baru dilakukan pada 4 Desember 2014 bersamaan dengan KRI Usman Harun.

Nama Bung Tomo yang dijadikan sebagai nama kapal yang bermarkas di Pangkalan Armada Timur, Tanjung Perak, Surabaya, itu didasari karena kegigihan Bung Tomo. Bung Tomo yang lahir di Surabaya ini terkenal karena peranannya dalam membangkitkan semangat rakyat untuk melawan kembalinya penjajah Belanda, yang berakhir dengan pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.

KRI Bung Tomo memiliki panjang 95 meter, lebar 12,7 meter, dengan berat 2.300 ton. Dengan kemampuan mesin 4 x MAN 20 RK270 diesel, kapal ini memiliki kecepatan 30 knot.

Misi pencarian pesawat dan jenazah AirAsia adalah misi yang pertama kalinya dilakukan kapal jenis multi-roll light frigat ini.

!break!

Jumlah personel

KRI Bung Tomo-357 memiliki jumlah ABK 85 prajurit, dengan rincian perwira 17 orang, bintara 40 orang, dan tamtama 28 orang.

ABK KRI Bung Tomo, Serka Raden, mengungkapkan, dalam misi pencarian AirAsia, setidaknya ada enam orang yang diturunkan dalam satu kali pencarian. Dalam operasi pencarian, mereka akan menaiki satu unit kapal sekoci yang bergerak mendekati obyek temuan KRI Bung Tomo.

Para personel ini tak hanya ahli menggunakan sistem persenjataan yang ada di badan kapal, tetapi juga mahir menyelam sehingga saat operasi SAR dilakukan, ABK dari KRI Bung Tomo juga melakukan penyelaman untuk mencari badan pesawat dan jenazah lain. Namun, ternyata badan pesawat diperkirakan berada di kedalaman lebih dari 30 meter.

Sistem persenjataan

Berdasarkan situs TNI Angkatan Laut, persenjataan KRI ini cukup canggih dengan didukung oleh platform system yang baik, di antaranya, radar navigasi, radar surveillance untuk mendukung pengamatan udara, serta radar tracker senjata untuk mengendalikan arah dan elevasi secara akurat terhadap sasaran meriam 76 mm otomelara super rapid gun (OSRG) dan 30 mm di lambung kanan dan kiri kapal yang dapat berperan sebagai ciws (close in weapon system) jika ada bahaya udara mengancam kapal tersebut.

Kelengkapan sistem sensor senjata juga dilengkapi dengan EOTs (electro optical tracker system) untuk pengendalian meriam kapal dan pengamatan secara visual oleh kamera video yang ada.Propulsion system maupun pesawat-pesawat bantu yang ada di kapal tersebut dikontrol secara komputerisasi oleh IPMS (integrated platform manajemen system) sehingga jika ada kerusakan atau failure pada salah satu sistem kapal akan terdeteksi secara dini.

Secara rinci, kapal perang tipe F2000 Corvette ini memiliki 1 meriam oto melara 76 mm, 2 meriam MSI defence DS 30B REMSIG 30 mm, dan peluncur tripel torpedo BAE System 324 mm untuk perang atas air dan bawah air. Selain itu, dilengkapi pula dengan 16 tabung peluncur peluru kendali permukaan ke udara VLS MBDA MICA (BAE System), 2 set 4 tabung peluncur peluru kendali MBDA (Aerospatiale) MM-40 Block II Exocet. Dua sistem arsenal inilah yang cukup mengganggu pertahanan musuh, baik dari udara ataupun permukaan laut.

!break!

Sistem sonar

Komandan KRI Bung Tomo-357 Kolonel Laut Yayan Sofyan mengungkapkan, kapal dilengkapi sensor bawah air yang memiliki tingkat akurasi yang baik dalam mendeteksi dan mengklasifikasi kontak bawah air, yaitu sonar. Dengan sistem ini, KRI Bung Tomo mendapatkan deteksi struktur yang sangat rapi di bawah laut tetapi perlu observasi lebih lanjut.

"Kami mengontak KRI Banda Aceh dan Dinas Hidrografi dan Oceanografi untuk mengirimkan alat yang dibutuhkan di lapangan, yaitu multibeam sonar, magnetometer, dan side scan sonar. Dari situ, didapat bentuk berupa ekor pesawat," kata Yayan.

Selain radar bawah laut, kapal terbaru yang nantinya masuk jajaran Satuan Kapal Eskorta Koarmatim ini juga dilengkapi dengan radar dan avionik sonar dengan jenis FMS 21/3 Hull Mounted Sonar buatan Thales, Perancis.

Pada 5 Januari 2015, KRI Bung Tomo menyelesaikan tugasnya dalam misi pencarian pesawat AirAsia dan kemudian digantikan oleh KRI Usman Harun. Saat merapat ke Pangkalan Armada Timur, KRI Bung Tomo membawa sejumlah temuan puing pesawat, seperti sirip pesawat, lima buah unit kursi, emergency exit door, dudukan bayi, koper dan tas penumpang, hingga kamera dan bagian jendela pesawat. Semua temuan itu akan diserahkan kepada Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).