Sepuluh Keagungan Angka Sepuluh dalam Lintas Kebudayaan

By , Senin, 26 Januari 2015 | 16:00 WIB
()

“Sudah sejak lama angka ini sangat dihargai,” ungkap Publius Ovidius Naso, penyair Romawi Kuno, “karena merupakan jumlah jemari tangan yang dengannya kita berhitung.” Ovid tidak sedang mengumandangkan hasil lamunannya. Pada kenyataannya angka sepuluh memang menakjubkan!

Naluri matematis tampaknya merupakan fitrah manusia. Manusia pada zaman batu mungkin tak mengenal matematika, namun hanya mengandalkan naluri matematisnya. Dari naluri tersebut, manusia bisa mengembangkan bentuk-bentuk geometris.

“Simbolisme angka teramat-sangat beraneka ragam,” ungkap Annemarie Schimmel, penulis buku The Mystery of Numbers. “Dan kesamaan-kesamaan yang menakjubkan dalam menafsirkan angka dapat ditemukan di antara kebudayaan yang berbeda.”

Simak sepuluh keagungan angka sepuluh dari berbagai kebudayaan di dunia, yang sebagian dinukil dari buku karya Annemarie yang pertama kali terbit di New York pada 1993.

1. Dasar Sistem Desimal

Sistem hitungan pada zaman kuno umumnya menggunakan dasar angka sepuluh. Orang Mesir Kuno menggunkana simbol bunga teratai untuk menyebut angka seribu, sementara simbol jari telunjuk untuk menyebut angka sepuluh ribu.

2. Angka Paling Sempurna

Pemikiran Phytagoras, yang hidup pada abad ke-6 Sebelum Masehi, dan murid-muridnya telah mempengaruhi pemikiran dalam keagamaan, kesastraan, dan musik. Salah satu warisan kaum Pythagorean menganggap sepuluh merupakan angka paling sempurna karena murapakan jumlah dari empat angka bulat pertama (1+2+3+4) dan secara geometris bisa dilukiskan dalam sebuah segitiga sama sisi. Menurut mereka, keserbaragaman berada dalam angka sepuluh.

3. Kitab Rigweda

Dalam filosofi Hindu, ajaran Regweda dibagi menjadi sepuluh kitab yang dikenal dengan nama Mandala. Setiap Mandala terdiri atas beberapa syair pujian untuk dewata Hindu. Kitab ini digubah selama beberapa abad, dari abad ke-9 Sebelum Masehi sampai abad ke-7 Sebelum Masehi.

!break!

 

Candi Borobudur dalam litografi karya Josias Cornelis Rappard pada 1883-1889. (Tropenmuseum)

4. Jalan Menuju Pencerahan

Konsep dasabodhisattwa-bhummi dalam Buddha menunjukkan sepuluh lapisan yang harus dilalui orang untuk mencapai pencerahan. Pencerahan yang sejati apabila manusia bisa terlepas secara mutlak dari segala ikatan duniawi dan terbebas secara mutlak dari kelahiran kembali.

5. Perintah Tuhan kepada Nabi Musa

Terdapat sepuluh perintah Tuhan yang diwariskan kepada Musa untuk membuat ketertiban di Israel. Perintah tersebut yang diyakini dalam agama-agama samawi—Yahudi, Katolik, Protestan, dan Islam.