Ilmuwan Berhasil Ciptakan Plastik Bakteri yang Bisa Dikonsumsi

By Agnes Angelros Nevio, Selasa, 2 November 2021 | 13:00 WIB
Sampah plastik yang menutupi permukaan pasir pantai. ( Jennifer Lavers)

Para peneliti melihat produksi vanilin naik jika E. coli diberi nutrisi yang lebih baik, termasuk produk pemecahan susu untuk asam amino, elemen jejak, dan benzil alkohol. Mereka menemukan bahwa produksi vanilin yang terjadi pada titik 22º Celcius (72º Fahrenheit) menjadi lima kali lipat dari yang mereka dapatkan pada 30º Celcius (86º Fahrenheit).

"Anda tidak bisa menerima begitu saja," kata Sadler. “Anda memang harus menguji semua jenis parameter yang berbeda untuk benar-benar memahami prosesnya” untuk mengubah botol plastik yang diambil dari jalanan menjadi vanillin.

Vanillin yang diproduksi dengan cara ini mirip dengan jenis alami. Tapi adakah yang membuatnya tidak aman untuk dikonsumsi?

“Jika produknya 100% murni, seharusnya tidak ada masalah,” kata Sadler. “Lebih baik menggunakan bahan baku [bahan mentah], yang saat ini menjadi pencemar lingkungan dan menyumbat lautan, daripada menggunakan bahan bakar fosil generasi pertama, yang kita habiskan.”

Baca Juga: Ketika Sedotan Metal Bukan Solusi Bijak Atasi Kerusakan Lingkungan

Sekitar delapan juta ton sampah plastik berakhir di lautan setiap tahunnya. (Ricky Martin/National Geographic Indonesia)

Wallace mengatakan kepada Truly Curious bahwa penelitian tersebut benar-benar mengubah persepsi sampah plastik sebagai produk akhir yang bermasalah, mengubahnya menjadi bahan baku yang dapat digunakan dalam bioteknologi industri.

Sadler dan Wallace sekarang bertujuan untuk meningkatkan proses dalam setahun, dan mencoba meningkatkan skala produksi di tahun berikutnya. Mereka juga mengincar plastik lain, seperti polivinil klorida (PVC), yang dapat diubah menjadi produk yang bermanfaat.

“Ada kemungkinan untuk meningkatkan bahan-bahan ini, tetapi saya pikir pertama-tama kita harus mengatasi masalah degradasinya,” kata Sadler.

Kami sebenarnya bisa menggunakan plastik sebagai substrat dan mengganti beberapa bahan bakar fosil ini,” kata Sadler. “Dan jika kita bisa menggunakan biologi untuk melakukan proses ini, kita bisa mengganti beberapa proses kimia yang lebih keras yang melepaskan banyak gas beracun.”