Antara Tokyo, Kebangkitan Ekonomi, dan Kenangan Olimpiade

By , Jumat, 13 Februari 2015 | 16:09 WIB

Terpilihnya Tokyo, Jepang, sebagai tuan rumah Olimpiade 2020 mengembalikan kenangan orang-orang seperti Junichi Inoue. Pria paruh baya ini teringat akan perhelatan akbar olahraga pada 1964—saat kota yang sama menjadi penyelenggaranya untuk kali perdana.

"Pemerintah Kota Tokyo giat membangun infrastruktur jalan, penginapan atlet, stadion, dan juga fasilitas-fasilitas lainnya guna menyukseskan Olimpiade 1964," kenang Inoue.

Dia ingat betul, bersama istrinya, saat itu tinggal di jantung kota Tokyo. Persis di samping kompleks asrama atlet dan dekat stadion yang digunakan sebagai venue utama Olimpiade.

"Aku dulu sering bermain, dan bercengkerama di sini bersama teman-teman," ungkap pria 71 tahun yang sehari-hari menjalankan usaha toko kelontong di kompleks yang sama selama lebih dari empat dekade.

Inoue bercerita, persiapan Olimpiade 1964 dimulai sejak empat tahun sebelumnya. Saat itu, rumah-rumah kayu dihancurkan, lahan dibebaskan, dan sebagai gantinya dibangun infrastruktur jalan, apartemen, stadion, dan fasilitas olahraga lainnya dengan kualitas tinggi.

Pemerintah, kata Inoue, sangat serius menjadikan Olimpiade 1964 sebagai yang terbaik, dan termegah. Untuk itu, segala upaya dikerahkan, termasuk membangun sarana dan prasarana yang berkualitas.

Lantas ke mana para penduduk yang mengalami penggusuran dialihkan? Pemerintah merelokasi warga yang terkena penggusuran ke kompleks-kompleks perumahan dengan kondisi lebih baik, dan layak huni.

Pemerintah menempatkan mereka dalam hunian rakyat bertajuk kompleks Kasumigaoka, yang mengadopsi konsep danchi.

Tak mengherankan, jika saat itu, banyak situs rumah susun ala Jepang ini bermunculan bak cendawan di musim hujan. Situs-situs rumah susun tersebut sekaligus menggambarkan ambisi Jepang untuk menciptakan kesejahteraan dan kehidupan modern, meskipun dalam unit-unit kecil. Danchi ini juga diklaim sebagai simbol kebangkitan dan pembangunan ekonomi Jepang.

Lima dasawarsa pun berlalu, Kompleks Kasumigaoka pun ikut menjadi usang. Jumlah penduduk telah menyusut menjadi hanya sekitar 200 orang, atau kurang dari setengah populasi aslinya dengan usia rerata 71 tahun.!break!

Persiapan 2020

Pemerintah Tokyo berencana untuk membangun stadion baru demi suksesnya Olimpiade 2020. Tak main-main, persiapan direncanakan dengan matang. Termasuk stadion berkapasitas 80.000 tempat duduk tersebut.

Selain mendirikan stadion baru, mereka juga merevitalisasi Kompleks Kasumigaoka dengan rancangan lebih aktual, sesuai dengan kebutuhan zamannya. Meskipun beberapawarga belum dapat menerima upaya relokasi ke tempat baru, sebagian lainnya justru menyambut antusias.