Lepas Stres, Pencari Suaka di Australia Berkumpul Bersama dalam Dapur Komunitas

By , Senin, 16 Februari 2015 | 17:00 WIB

Tiap dua pekan sekali, sekitar 200 pencari suaka berkumpul dalam acara yang disebut sebagai ‘The Community Kitchen’ atau ‘Dapur Komunitas’, yang menghadirkan program kuliner dan sosial

‘Dapur Komunitas’ dirancang untuk membantu mengurangi isolasi sosial bagi para pencari suaka yang tinggal di masyarakat sembari menunggu izin tinggal mereka diproses. Tiap dua minggu, koki atau sekelompok juru masak yang berbeda mengadakan kelas, menyiapkan makanan untuk semua orang dengan bantuan para asisten dapur.

Ini adalah hari sosial di mana mereka dapat belajar dari para profesional bagaimana menyiapkan makanan yang sehat dan bergizi, serta berinteraksi dengan anggota masyarakat lainnya lewat permainan sepak bola, menonton film, atau bermain kartu dan catur.

Di acara 'Dapur Komunitas' yang dilangsungkan di barat Sydney, pengungsi etnis Hazara asal Afghanistan, Ibrahim Mohammad, memamerkan kelihaiannya sebagai salah satu juru masak.

Ibrahim mengatakan, datang ke acara 'Dapur Komunitas' berarti ia bisa terlibat secara sosial dalam sebuah komunitas.

"Sulit untuk tinggal di sini [di Australia]. Saya hanya pergi ke perpustakaan dan kelas bahasa Inggris untuk menghabiskan waktu, saya tak punya pilihan," tuturnya.!break!

"Terlibat dalam hal ini sangatlah baik, lebih baik daripada duduk sendirian di rumah," sambungnya.

Pria berusia 23 tahun ini melarikan diri ke Australia dua tahun lalu, setelah hidupnya diancam oleh Taliban. "Saya bekerja di bazaar tapi saya tak bisa pergi ke sana lagi. Selalu ada pembunuhan. Mereka membunuh orang-orang etnis kami, jadi saya pergi."

Ibrahim kemudian menghabiskan dua bulan di rumah detensi Australia, sebelum diberi visa transisi.

Meskipun rumah detensi cukup menantang pada saat itu, tinggal di sana lebih aman baginya. "Hidup Anda lebih aman dalam tahanan daripada di negara Anda sendiri. Hidup saya aman, itu lebih baik daripada di negara kami yang sarat pembunuhan," ucapnya.

"Anda tidak memiliki hak untuk bekerja atau sekolah padahal saya ingin sekolah dan ikut kursus, jika saya bisa," tuturnya.!break!

Juru masak lainnya adalah pengungsi Kurdi, Mostafa. Nama terakhir tak dapat diungkap karena alasan hukum.

Mostafa mengatakan, ia telah datang ke acara ‘Dapur Komunitas’ tiap dua minggu sekali, selama hampir satu tahun belakangan ini.