Dalam upaya penggalian terbaru ini, tim peneliti berharap dapat belajar lebih banyak tentang ritual ibadah, kehidupan sosial, dan ekonomi orang-orang dari kedua kerajaan tersebut.
Penggalian-penggalian sebelumnya di area Al Ula untuk menyelidiki sisa-sisa kedua kerajaan itu, terbatas pada area cagar alam utama, kata Jerome Rohmer. Dia adalah seorang peneliti dari Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Prancis (National Center for Scientific Research) yang terlibat dalam proyek penggalian ini.
"Kami ingin memiliki gambaran menyeluruh tentang kronologi situs tersebut, tata letak situs, budaya materialnya, ekonominya," ucap Rohmer, sebagaimana dilansir Reuters.
Baca Juga: Makam Megah Putri Cleopatra dari Kerajaan Mauretania di Aljazair
"Ini adalah proyek komprehensif di mana kami pada dasarnya mencoba menjawab semua pertanyaan ini."
Dorongan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman untuk mengubah ekonomi dan masyarakat negaranya, membuat Al-Ula menjadi terkenal. Kerajaan Arab Saudi ingin mulai mengandalkan sektor pariwisata karena mencoba membuka diri kepada dunia dan mendiversifikasi ekonominya jauh dari sektor minyak saja.
Pembangunan Al-Ula merupakan bagian dari upaya melestarikan situs warisan pra-Islam untuk menarik wisatawan non-Muslim dan memperkuat identitas nasional Arab Saudi. Al-Ula, yang jadi lokasi penggalian dua kerajaan kuno itu, kini telah menjadi destinasi wisata terkenal di Arab Saudi yang telah dibuka untuk umum sejak 2019.
Baca Juga: Sejarah Kerajaan Arab Saudi dari Zaman Es ke Dunia Moderen Kini
Al-Ula dianggap juga sebagai ibu kota Arab kuno. Wilayah ini terutama dikenal dengan keberadaan makam megah Madain Saleh. Madain Saleh adalah Situs Warisan Dunia pertama Arab Saudi yang diakui oleh UNESCO.
Situs Madain Saleh dibangun oleh penduduk kuno Arabia, bangsa Nabatea, dengan memotong batu-batu besar di wilayah tersebut. Orang-orang Nabatea juga pernah membangun Petra, situs arkeologi megah lainnya yang terletak di wilayah gurun yang kini menjadi bagian Yordania.
Belum diketahui apa yang menyebabkan kepunahan peradaban Dadan dan Lihya. Namun menurut Abdulrahman Al-Sohaibani, arkeolog yang memimpin misi arkeologi Dadan, "Ini adalah proyek yang benar-benar mencoba untuk membuka misteri peradaban-peradaban (ini)."
Baca Juga: Al Naslaa: Formasi Batu Misterius yang Terbelah Sempurna di Arab Saudi