Mengungkap Teka-teki Sejarah Suku Bajo

By , Rabu, 11 Maret 2015 | 22:00 WIB

Mereka pelaut tertangguh di Nusantara. Berabad-abad mengarungi samudera, mereka tersebar di wilayah Segitiga Terumbu Karang di Asia Tenggara, menghuni perairan tepi pantai dengan rumah berfondasi batu dan material kayu.

Mereka adalah Orang Bajo atau kerap juga disebut "Orang Laut", "Sama Bajau" atau "Gipsi Laut". Suku yang bersetubuh dengan laut sejak dulu itu kini tersebar di timur Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, hingga Filipina bagian selatan.

Selama puluhan tahun, ilmuwan bertanya-tanya tentang asal-usul Orang Bajo. "Mereka memang nomaden tapi orang pasti punya asal-usul. Di mana asal-usul mereka, itu masih pertanyaan," kata Phillippe Grange, ahli linguistik dari Universite La Rochelle, Perancis.

Dalam seminar tentang keragaman genetik bertema "Austronesia Diaspora" yang diadakan Lembaga Eijkman di Jakarta, Rabu (11/3), Grange mengungkapkan bahwa sejumlah teori telah diajukan untuk menguraikan asal-usul orang Bajo, tapi belum ada yang memuaskan.

Sejumlah anak Suku Bajo di Torosiaje Laut, Gorontalo, bermain sandiwara dengan meniru adegan kekerasan dari cerita sinetron yang biasa mereka tonton di televisi. Menontontelevisi pada malam hari menjadi hiburan yang paling jamak dilakukan oleh warga Suku Bajo yang tinggal di kampung rumah panggung di atas laut yang berjarak sekitar 1 kilometer dari daratan. (Hafidz Novalsyah/National Geographic Traveler)

!break!

"Ada yang mengatakan Orang Bajo asalnya dari Johor (Malaysia)," kata Grange. "Bahkan kalau kita tanya orang Bajo di Malaysia, mereka bilang asalnya dari Johor. Jadi mereka Pribumi. Di buku sejarah anak di Malaysia, disebutkan juga Orang Bajo dari Johor."

Dasar teori tersebut adalah adanya cerita legenda tentang Puteri Johor. Diceritakan, dahulu Orang Bajo dan Orang Bugis banyak banyak mendiami wilayah Johor hingga akhirnya Puteri Johor hilang.

Orang Bajo diminta untuk mencari sang puteri dan tak boleh kembali sebelum menemukan. Di situlah penjelajahan Orang Bajo dimulai. Karena tak menemukan, maka Orang Bajo pun tak pernah kembali.

Namun pandangan itu dasarnya terlalu lemah. Memang secara dongeng ada keterkaitan. Tetapi, tidak ada bukti arkeologi atau bahasa yang menunjukkan bahwa Orang Bajo berasal dari Johor.

Dua anak berlari di depan rumah bertembok batu di Desa Mola, Wakatobi. Rumah di desa Suku Bajo itu biasanya dibangun dengan kayu. "Rumah yang dari batu tandanya ada anak yang sukses dari keluarga itu. Bisa juga anak perempuannya menikah dengan orang kaya," kata Sadar, wakil presiden Suku Bajo, setengah bercanda. (Alex Pangestu/National Geographic Indonesia)

Teori lain, dikatakan Grange, menerangkan bahwa Sama Bajau sebelumnya adalah orang-orang yang hidup di muara Sungai Barito. "Dasarnya, dalam bahasa Dayak Ngaju dan Sama Bajau, ada 12 kata yang mirip," terang peneliti asing yang fasih berbahasa Indonesia itu.

Dalam teori yang diajukan oleh Robert Blust, ahli linguistik dari University of Hawaii, Orang Bajo yang berasal dari Bariro mulai melaut pada tahun 800 Masehi, seiring dengan berkembangnya Kerajaan Sriwijaya.

"Saat itu diduga suku Bajo dimanfaatkan untuk mendukung perdagangan laut, mengangkut barang ke China," ungkap Grange. Karena hal tersebut, semua anggota suku Bajo lalu pindah ke wilayah yang lebih utara yaitu Sulu, Filipina.