Aktivitas guguran awan panas Gunung Sinabung, Jumat menurun dibanding sehari sebelumnya. Jika Kamis, ada luncuran guguran awan panas dari puncak hingga 4 km, kemarin hanya 3,5 km.Hasil tersebut berdasar pantauan Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Sinabung, pukul 00.00 WIB-pukul 12.00 WIB. Luncuran guguran awan panas terjadi dua kali, terlontar sejauh 3 km sampai 3,5 km.
Namun, menurut Pengamat Gunung Api Sinabung Arif, dari sisi kegempaan yang terjadi masih tetap tinggi. "Kalau hari ini dari sisi guguran awan panas dibandingkan kemarin ada penurunan. Cuma dari segi kegempaannya masih tetap tinggi," kata Arif dikonfirmasi Tribun via telepon seluler, Jumat sore.
Ia menjelaskan, sejak pukul 00.00 WIB sampai pukul 12.00 WIB, terjadi 29 kali gempa guguran, 14 kali gempa low frequency, lima kali gempa hybrid, lima kali gempa vulkanik A, gempa tremor masih menerus dengan range 0,5 sampai 3 mm.
Sedangkan, guguran awan panas terjadi dua kali, pada pukul 03.11 WIB dan pukul 04.04 WIB. "Jarak luncurnya tiga kilometer sampai 3,5 km ke arah Selatan dan Tenggara. Namun tinggi kolom tidak teramati, karena tertutup kabut. Arah angin dominan ke Barat," ujarnya.
Arif menjelaskan lagi, guguran awan panas yang meluncur ke arah Selatan, berarti mengarah ke Desa Sukameriah. Sedangkan luncuran awan panas ke Tenggara, berarti mengarah ke Desa Bekerah dan Simacem.
"Status masih siaga level tiga. Sejak status siaga diberlakukan, maka larangan bagi warga desa, yang masuk dalam radius 3 km dan 5 km dari Sinabung, kembali ke desa masih berlaku. Zona bahaya masih tetap diberlakukan," katanya.
Arif menyebut, aktivitas luncuran guguran awan panas yang cukup besar atau cukup jauh terjadi Kamis lalu. Sebelumnya juga sudah terjadi dua kali. Atau, sejak 2015 ini sudah terjadi tiga kali luncuran awan panas yang cukup besar dibanding aktivitas sehari-hari Sinabung.
"Aktivitas yang cukup besar pada 2015 ini, pada 18 Februari. Sat itu, kuba lava yang ke arah Selatan runtuh. Kemudian, 5 Maret, kuba lava baru yang mengarah ke Selatan juha runtuh. Dan, terakhir yang terjadi kemarin, 2 April, tumpukan lidah lava baru yang mengarah ke Selatan runtuh. Jadi, penumpukan pembentukan lida lava ini yang mengakibatkan peningkatan aktivitas guguran awan panas," katanya.
Sedangkan, terkait lahar dingin (lahar hujan), Arif menyebut masih ada kemungkinan terjadi lagi, karena faktor hujan. "Lahar hujan itu terjadi kan karena ada tumpukan material awan panas guguran yang masih tinggi. Jadi jika sewaktu-waktu hujan turun, maka akan terjadi lahar hujan," ujanya.