Biduk Usang Manusia Perahu

By , Minggu, 5 April 2015 | 19:00 WIB

Seluruh manusia perahu pun kembali ke tenda penampungan wampai waktu yang belum pasti. Menjalani lagi rutinitas di tenda yang disediakan panitia. Berbagai elemen masyarakat dan instansi pemerintah bahhu membahu dengan koordinasi yang baik selama mengurus orang pelau di penampungan. Dari mulai beberapa dinas dari pemda Berau, seperti dinas perikanan, sosial, kesehatan, tanggap bencana, koramil, polsek, hingga relawan yang membantu meyediakan logistik sehari-hari untuk seluruh orang yang di tenda penampungan.

Setiap hari beberapa nelayan asing dengan dikawal polsek dan dinas perikanan, memeriksa perahu dan kapal-kapal mereka. Tujuannya, agar kapal-kapal tersebut dirawat agar tidak tenggelam. Proyeksinya, ketika mereka semua dipulangkan kembali ke negara asal, maka akan menggunakan kapal mereka sendiri nantinya. Kapal-kapal dan perahu berbagai ukuran milik nelayan asing ini berjejer di pelabuhan Tanjung Batu yang dikelola Pelindo.

!break!

Tenda penampungan nelayan asing di Lapangan Bulalung, Tanjung Batu, Berau, Kalimantan Timur. (Dok. Kompas TV)

Kebiasaan hidup nelayan asing yang banyak menghabiskan kesehariannya di laut, membuat mereka, yang juga dikenal dengan sebutan orang pelau ini, harus membiasakan diri dengan lingkungan darat. Holsita (37), seorang nelayan asing dari Samporna Malaysia, mengaku sering sakit kepala justru karena tidak tinggal diperahu. "Kalau di kapal kami merasa nyaman, anak-anak senang mandi. Begitu lihat air langsung mandi. Jadi kalau di darat rasanya tertekan, karena tidak bisa kena air laut," jelas Holsita, dengan bahasa Bajo yang kental.

Bahwa identifikasi manusia perahu yang tidak mengenal darat bagi para nelayan asing ini, memang tidak sepenuhnya benar. Apa yang tersaji di penampungan, segera kesan yang muncul, bahwa nelayan asing sangat familiar dengan darat. Permainan darat seperti bola voli , dan permainan karet yang dilakukan anak-anak, harus dilakukan di atas tanah. Definisi baku manusia perahu, adalah benar-benar tinggal di laut, dalam biduk yang sekaligus dijadikan bahtera rumah tangga. Bila pun merapat ke pulau atau daratan, maka tidak akan berlama-lama tinggal di daratan.

!break!

Pemulangan

Sebulan berselang, akhirnya ada kabar baik dari pemerintah pusat, menyoal keputusan pemulangan manusia perahu. Tanggal 17 Januari 2015, seluruh manusia perahu, akhirnya bisa dipulangkan dengan pengawalan kapal-kapal dari berbagai instansi pemerintah, 2 kapal KRI, 2 kapal Polairud Mabes Polri, 2 speedboat Polres Berau, 1 speedboat dinas kelautan dan perikanan (DKP) Berau, dan 2 speedboat TNI AL Lanal Tarakan.

Simulasi yang telah dilakukan sebulan sebelumnya, mempermudah mengatur ratusan orang ini hingga masuk ke kapal-kapal mereka.Setiap kapal nelayan asing telah disiapkan kebutuhan untuk makan selama perjalanan, termasuk bahan bakar minyak sebanyak 200 liter per kapal. Satu kapal bisa memuat dua hingga tiga keluarga.

Pembagian makanan kepada ratusan nelayan asing di wilayah Pelabuhan Tanjung Batu, Berau, Kalimantan Timur. (Dok. Kompas TV)

Koordinat pelepasan seluruh nelayan asing ini, dilakukan hingga ke Karang Unarang, dekat Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan, yang juga termasuk wilayah perbatasan. Selanjutnya mereka kembali ke daerah asal masing-masing di Samporna dan Bango-bango.