Profesor Aly juga mengatakan meski operasi intelejen dan pengawasan memiliki peranan penting dalam mengatasi radikalisasi, pemerintah sebaiknya tidak melakukannya dengan pendekatan keamanan nasional yang ketat.
"Karena dengan menganggapnya sebagai masalah keamanan nasional, maka akan ditanggapi dengan penyelesaian masalah keamanan nasional," jelasnya.
!break!Integrasi komunitas
Peter Neumann, direktur dari Pusat Kajian Radikalisasi di London, Inggris, mengatakan bahwa 100 anak muda, baik pria dan wanita, yang bergabung dengan kelompok radikal, bukanlah Muslim yang saleh atau taat.
"Banyak di antara mereka memiliki masa lalu yang bermasalah," ujar Neumann.
Neumann yang pernah berpidato soal pengentasan kelompok ekstremis di Gedung Putih, Amerika Serikat ini mengatakan, marjinalisasi atau pengucilan diikuti dengan pengangguran dan pendidikan yang kurang, menjadi beberapa alasan mengapa anak-anak muda di negara barat terlibat kelompok ekstremis.
"Dan tentunya karena kepribadian, latar belakang, motivasi dan pengalaman di Suriah dan Irak sangat berbeda dengan pemerintah di negara barat. Mereka pun memiliki tantangan dan masalah yang berbeda-beda," ujarnya.
Neumann yang pernah bekerja di Dewan Keamanan PBB mengatakan tindakan pencegahan harus menjadi prioritas dalam mengatasi ancaman teroris.
Menurutnya internet adalah senjata terkuat untuk menyebarkan ideologi, yang menjadi alat bagi para teroris.
Model integrasi dan merangkul antar komunitas di negara-negara barat menjadi salah satu hal paling terpenting untuk pencegahan, tambah Neumann.
"Mereka kadang merasa, karena siapa mereka, seperti apa mereka terlihat, dari mana mereka berasal, yang membuat mereka tidak merasa bagian dari kita," ujar Neumann.