Jauh di dalam Ngarai Ardeche di bagian selatan Perancis terletak situs prasejarah terpenting yang pernah ditemukan.
Lokasinya begitu tersembunyi, jauh dari jamahan orang awam. Namun, berkat ijin yang diberikan Kementerian Kebudayaan dan Komunikasi Prancis kepada BBC, kami bisa memasukinya.
Pintu baja tebal yang terkunci rapat langsung menghadang saat kami melangkah ke ceruk di antara tebing batu kuning raksasa. Kami pun beringsut ke dalam dengan posisi punggung merapat ke dinding tebing.
Sebuah tangga sudah menunggu di depan.
Dengan kaki yang meraba tanah, kami melangkah hati-hati sembari mata menyesuaikan pandangan dalam kegelapan. Lambat laun kami menyadari pemandangan di sekitar.
Stalaktit dan stalakmit berkilauan sejauh mata menatap. Dinding-dinding gua penuh dengan ratusan gambar guratan batu berhias batubara dan bunga merah.
Gua berisi lukisan prasejarah itu ditemukan tiga penjelajah, yakni Eliette Brunel-Deschamps, Christian Hillaire dan Jean-Marie Chauvet, pada 18 Desember 1994 silam. Setelah penemuan, gua tersebut langsung ditutup untuk umum.
Bila dihitung dengan kehadiran tim peneliti, kami merupakan segelintir manusia yang menikmati lukisan tersebut sejak karya itu dibuat manusia penghuni gua 20.000 hingga 35.000 tahun lalu.
!break!Sebagian besar lukisan bermotif binatang, seperti badak, mamut, singa, beruang, kuda, dan ibex—sejenis kambing gunung.
“Lukisan-lukisan itu sangat canggih. Mereka menggunakan relief batu untuk memberikan bentuk, bayangan, dan mengekspresikan banyak hal. Ada lebih dari 400 binatang yang dilukis di sini. Namun, masih banyak yang bisa ditemukan,” kata Marie Bardisa, kepala kurator Gua Chavet.
Karena berusia puluhan ribu tahun, lukisan-lukisan tersebut sangat rentan. Oleh sebab itu, orang awam dilarang keras berkunjung ke dalam gua.
“Jika publik masuk ke gua, ada risiko kontaminasi. Suhu bisa berkembang sangat cepat dan keseimbangan iklim akan terganggu sehingga lukisan-lukisan itu bisa berubah. Kami tidak ingin mengambil risiko,” kata Bardisa.
Para ahli arkeologi tahu persis risiko yang dimaksud Bardisa. Pada 1940, Gua Lascaux ditemukan di bagian barat daya Prancis.
Selama lebih dari 20 tahun sejak ditemukan, jutaan pengunjung memadati gua tersebut untuk melihat lukisan prasejarah. Akibatnya, jamur dan bakteri menyebabkan lukisan mengalami kerusakan parah. Gua Lascaux pun ditutup permanen.
!break!Melindungi
Guna melindungi Gua Chauvet, pemerintah Perancis mengucurkan dana sebesar 55 juta euro atau setara dengan Rp773,7 miliar. Dana itu itu dipakai untuk membangun konstruksi pelindung gua, membuat model asli gua, dan menciptakan sistem suhu yang seimbang di dalam gua.
Peneliti pertama yang memasuki Gua Chauvet ialah Jean Clottes, pakar seni palaeolitic. Dia bertanggung jawab mengawasi pekerjaan di Gua Chauvet sekaligus memimpin komite pembuat replika gua.
Menurutnya, manusia penghuni gua yang melukis Gua Chauvet bukan manusia primitif.
“Mereka manusia seperti kita. Manusia modern telah ada setidaknya 200.000 tahun, jadi jarak 35.000 tahun lalu tidak terlalu jauh,” ujarnya.
Clottes menyakini Gua Chauvet ialah tempat spiritual bagi manusia pemburu dan pengumpul makanan. Dia juga berpandangan bahwa amat mungkin manusia-manusia penghuni gua menganggap lukisan-lukisan binatang di dinding gua memiliki unsur magis.
“Masa hidup manusia-manusia ini cukup pendek dibandingkan kita. Namun, dari seni mereka, kita bisa melihat bahwa mereka sama pandainya dengan kita. Mereka punya seniman dan agama. Mereka sangat dekat dengan kita,” ujarnya.
Clottes berharap lukisan–lukisan di Gua Chauvet dapat menjadi bukti kebudayaan dan kreativitas manusia.