Sejak tahun 1900, gempa bumi di sesar benua telah merenggutl nyawa dua kali lebih banyak dibandingkan gempa bumi yang terjadi pada batasan laut dan benua.
Selama beberapa tahun terakhir, Jackson dan rekan-rekannya telah melacak sesar-sesar benua yang sulit dipahami ini di Iran, Kazakhstan dan China.
Menggunakan foto-foto satelit dengan resolusi tinggi, mereka dapat melihat anomali pada permukaan yang mengisyaratkan lokasi sesar.
Sementara itu, refleksi seismik membantu untuk menggambarkan apa yang terdapat di bawah tanah. Dan kembali di laboratorium, para ilmuwan mempelajari foto-foto satelit biasa dari permukaan bumi untuk memantau deformasi permukaan planet tersebut.
"Kita bisa melihat persis di mana Bumi sedang diregangkan terpisah atau difragmentasi, sehingga memungkinkan kita untuk memetakan bagian-bagian dari Bumi yang berada di bawah tekanan besar," ujar Richard Walters dari Universitas Leeds, anggota dariEarthquakes Without Frontiers.
Dalam kasus Nepal, informasi ini sudah banyak tersedia, dan memang banyak riset yang telah dilakukan oleh organisasi-organisasi setempat (seperti National Society for Earthquake Technology) untuk bersiap-siap menghadapi gempa besar berikutnya - melatih tukang batu, memperkuat sekolah dan rumah sakit, mendidik warga mengenai gempa bumi dan mengumpulkan sumber daya vital.
"Tampaknya memang terjadi kehilangan nyawa yang jauh lebih sedikit dibandingkan apa yang diperkirakan akan diakibatkan sebuah gempa besar (meskipun jumlah korban masih bisa meningkat menjadi puluhan ribu) dan terdapat bukti bahwa program dari pemerintah Nepal dan beberapa lembaga nonprofit memang menyelamatkan nyawa," kata Philip England, seorang ahli geologi di Universitas Oxford, juga bagian dari tim Earthquakes without Frontiers.
Setidaknya, bencana gempa bumi di Nepal mudah-mudahan akan menyoroti kepada masyarakat internasional pentingnya meningkatkan ketahanan gempa.
"Lima kali lebih banyak uang dihabiskan untuk respons [terhadap gempa] daripada membantu warga untuk mempersiapkan diri," kata Katie Peters, dari Overseas Development Institute di London, kepada Sky News awal pekan ini.
Hasil pertama dari satelit Sentinal 1 Uni Eropa menunjukkan bahwa gempa Sabtu lalu di Nepal tidak meretakkan permukaan, dan mungkin saja ketegangan yang signifikan masih tersimpan di segmen sesar, dan bahwa gempa besar bisa menghantam negara tersebut dalam beberapa dekade mendatang.
"Walaupun bencana ini sangat mengerikan, dampaknya berpotensi jauh lebih buruk. Kita berharap bahwa kejadian ini menjadi pemicu untuk hasil yang lebih positif untuk kedepannya," kata England.