Nationalgeographic.co.id—Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa wilayah reruntuhan Fountains Abbey di Yorkshire, Inggris, dulunya adalah pusat aktivitas industri. Lingkungan bekas biara itu pernah meraih masa jayanya selama periode abad pertengahan.
Di sebelah timur reruntuhan biara tersebut ada struktur bangunan misterius berupa "lorong boling" bawah tanah. Para arkeolog dalam studi baru ini menemukan bahwa struktur aneh itu adalah sisa-sisa dari tempat penyamakan kulit abad pertengahan yang telah terkubur ratusan tahun. Area tersebut dulunya adalah tempat ratusan orang bekerja mengolah kulit.
"Studi ini mengubah persepsi situs tersebut," kata arkeolog Chris Gaffney dari University of Bradford di Inggris kepada Live Science.
Meskipun pemandangan yang tersisa di wilayah itu adalah reruntuhan biara yang indah, "sebenarnya tempat itu adalah area yang sangat terfokus pada industri, cukup bising dan cukup bau."
Baca Juga: Biara Anglo-Saxon di Inggris, Bukti Kekuasaan Ratu Cynethryth
Fakta bahwa tempat ini dulunya pernah jadi area aktivitas industri menunjukkan bahwa Fountains Abbey adalah sebuah biara yang kaya. Biara ini didirikan pada tahun 1132 Masehi oleh 13 biarawan Benediktin yang telah diusir dari sebuah biara di kota York setelah kerusuhan di sana.
Para biarawan tersebut bergabung dengan ordo biarawan Cistercian setahun setelah itu. Fountains Abbey yang didirikan oleh mereka kemudian tumbuh menjadi salah satu biara terkaya di Inggris.
Catatan menunjukkan bahwa sekitar 60 biarawan tinggal di sana pada tahun 1170 Masehi, serta sekitar 200 saudara laki-laki awam yang membatu pengelolaan biara. Orang-orang yang membantu ini seringkali merupakan para pengrajin terampil, seperti tukang batu, pandai besi, dan penyamak kulit. Keberadaan mereka penting bagi perekonomian biara tetapi tidak cukup berpendidikan untuk mengambil perintah suci.
Fountains Abbey beroperasi selama lebih dari 400 tahun. Selama waktu tersebut biara itu memiliki tanah yang luas, dengan banyak peternakan untuk domba dan sapi yang tersebar di seluruh wilayah, kata Gaffney.
Namun pada tahun 1559, kerajaan Inggris merebut biara dan semua tanahnya selama pembubaran biara oleh Henry VIII dan menjual tanah itu kepada teman-teman raja. Upaya pembubaran biara ini merupakan cara yang berhasil untuk mematahkan kekuatan ekonomi gereja Katolik di Inggris.
Baca Juga: Lesbianisme di Biara: Benedetta Carlini & Tuduhan 'Sodomi Perempuan'
Para biarawan diusir dan bangunan biara yang indah secara arsitektur itu dipreteli batu, kayu, dan timahnya untuk dijual sebagai bahan bangunan, menurut National Trust, sebuah badan amal warisan Inggris yang sekarang memiliki situs tersebut.
Gaffney mengatakan tampaknya para agen Henry VIII tidak tertarik untuk menjaga usaha penyamakan kulit tetap berjalan. Dan hasil penelitian barunya menunjukkan kulit-kulit itu akhirnya terbakar habis.
Keberadaan penyamakan kulit abad pertengahan di situs tersebut didukung oleh catatan dari waktu itu, kata Gaffney.
"Kami tahu ada pemrosesan kulit di lokasi itu," katanya. "Ini adalah biara yang sangat kaya, dan kekayaan mereka berasal dari hewan."