Kota Ramadi Berhasil Dikuasai ISIS

By , Senin, 18 Mei 2015 | 20:50 WIB

Kota Ramadi, Irak, jatuh ke tangan kelompok bersenjata yang menamakan diri Negara Islam atau ISIS, menyusul ditarik mundurnya pasukan pemerintah Irak, kata para pejabat.

Sesudah berhari-hari pertempuran sengit, polisi dan militer mundur dalam keadaan kacau balau.

Namun AS masih menyangkalnya, dan mengatakan bahwa situasinya masih "cair dan simpang siur" dan bahwa terlalu dini untuk membuat "pernyataan definitif."

Ramadi adalah ibukota provinsi Irak terbesar, Anbar, dan jaraknya hanya 112 km di barat Baghdad,Sebuah pernyataan yang diduga berasal dari ISIS mengatakan bahwa petarung mereka telah "membersihkan kota." Disebutkan, ISIS telah mengambil alih pangkalan militer Brigade ke-8, lengkap dengan tank dan peluncur rudal yang ditinggalkan tentara.

Seorang sumber BBC di kantor gubernur Anbar menyebut, Ramadi kini sepenuhnya telah dikuasai ISIS, dan semua prajurit pemerintah sudah ditarik mundur.

Perdana Menteri Haider al-Abadi memerintahkan tentara untuk tetap berada di tempat, dan mengatakan ia telah mengirim milisi Syiah ke kota itu.

!break!

Kehabisan amunisi

Namun seorang perwira militer menegaskan kepada BBC bahwa sebagian besar tentara telah ditarik mundur ke sebuah pangkalan militer di kota Khalidiya, arah timur dari Ramadi.

Tentara pemerintah kehabisan amunisi dan tak mampu membendung serangan besar-besaran ISIS, kata perwira yang tak bisa disebut namanya itu.

Gambar-gambar video di media sosial memperlihatkan kendaraan militer dengan tentara bergelantungan di kedua sisinya, meninggalkan Ramadi.

Laporan menyebutkan, tentara Irak menyingkir menyusul serangan-serangan bom bunuh diri dengan mobil, hari Minggu (17/5).

Empat serangan bom yang hampir bersamaan dilancarkan terhadap polisi yang mempertahanan kawasan Malaab di selatan Ramadi. Tak berapa lama kemudian, tiga serangan bom bunuh diri dilancarkan dengan mobil penuh berisi peledak yang ditabrakan ke gerbang markas besar militer provinsi itu, Komando Operasi Anbar, papar seorang perwira.

Sebelumnya PM Haider el-Abadi menyerukan pasukan-pasukan pro pemerintah untuk "tetap di posisi masing-masing dan mempertahankannya dan tidak membiarkan Daesh (sebutan lain untuk ISIS) untuk merebut kawasan lebih luas di Ramadi."

"Terdapat perlindungan udara yang berkelanjutan untuk membantu pasukan darat untuk mempertahankan posisi mereka sambil menanti bantuan dari pasukan lain dan Unit-Unit Mobilisasi Rakyat," katanya, mengacu pada milisi Shiah.

Kelompok milisi Syiah ini memainkan peran besar dalam pengambil-alihan kembali kota Tikrit dari ISIS, namun ditarik dari kota itu menyusul laporan tentang penjarahan dan meluasnya kekerasan.

Jatuhnya Ramadi merupakan pukulan besar bagi pemerintah, lapor wartawan BBC, Ahmed Maher, dari Bagdad.

Namun Pentagon mengatakan, kendati ISIS mencatat keunggulan, masih terjadi pertempuran di Ramadi.Wakil Ketua parlemen Anbar, Faleh al-Issawi, mengatakan kepada BBC bahwa lebih dari 500 orang tewas dalam dua hari terakhir pertempuran di Ramadi dan sekitarnya, termasuk sejumlah polisi yang terjebak setelah kehabisan amunisi dan warga sipil yang terperangkap dalam baku tembak.

Dan menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), sekitar 8.000 orang telah mengungsi selama periode yang sama.