Bagaimana Kita Tahu Bahwa Iklim Sedang Berubah? (2)

By , Selasa, 19 Mei 2015 | 15:40 WIB

Penebangan yang merajalela, juga pertanian yang membabat dan membakar hutan, telah meratakan area hutan Kalimantan yang rimbun dan menyimpan karbon—rumah bagi satwa teran­cam punah seperti orangutan dan gajah kerdil Kalimantan. Penebangan secara intensif di pulau itu telah membuka ribuan hektare untuk perkebunan kelapa sawit swasta dan hutan tanaman industri untuk kebutuhan pulp sembari memenuhi permintaan ekspor kayu yang menguntungkan. Deforestasi menyumbang 20 persen emisi CO2 yang diakibatkan oleh manusia.

Suhu dunia

Menurut hukum dasar fisika, emisi CO2 yang berlimpah memperbesar efek rumah kaca dan meningkatkan suhu di seluruh dunia. Demikianlah yang ditunjukkan oleh data iklim. Sekarang suhu Bumi rata- rata lebih panas 0,7°C dibanding pada 1906.Peningkatan suhu permukaan tercatat di setiap benua dan samudra, paling besar terjadi di Arktika, yaitu 2,2° sampai 2,7°C dalam 50 tahun terakhir.

Daratan lebih cepat memanas daripada lautan yang merupakan pembuang panas alami. Perubahan suhu siang ke malam mengecil karena lebih sedikit panas yang terbuang ke angkasa saat Matahari tenggelam.

Orang yang skeptis mengklaim, variasi alami ak-tivitas Surya bisa menjelaskan pemanasan ini. Namun, secara umum para klimatolog mengabaikan teori ini. Daya yang memperbesar efek rumah kaca pada iklim kita lebih dari sepuluh kali fluktuasi keluaran Matahari.

Bumi yang Memanas

Arktika mengalami laju pemanasan tercepat karena penyusutan lapisan es dan saljunya. Sekarang, di kawasan garis lintang 30 hingga 60 derajat, malam yang dingin lebih sedikit. Gelombang panas lebih sering terjadi. Samudra Hindia dan Pasifik bagian barat lebih hangat daripada waktu lain dalam kurun 11.500 tahun. Bertentangan dengan pola: Beberapa kantong lautan didinginkan oleh pembalikan massa air perairan dalam. Kerusakan ozon di atas Kutub Selatan mungkin mendinginkan sebagian Antartika.

Zaman Es dan Panas

Tingkat karbon dioksida yang diukur dalam inti es Antartika naik dan turun sejalan dengan suhu global dan tinggi permukaan laut dalam 400.000 tahun terakhir. Catatan itu menunjukkan bahwa zaman es menutupi planet dalam waktu lama, disela oleh zaman-zaman hangat yang lebih singkat. Secara historis, suhu naik terlebih dahulu, kemudian CO2 meningkat, mempercepat kenaikan suhu. Hal yang membuat situasi saat ini tak terduga adalah CO2 tak pernah meningkat sedemikian pesat dan tinggi, jauh meninggalkan suhu.

Selubung Es Berubah

Tak ada tempat yang pemanasan globalnya melaju lebih cepat dari Samudra Arktika, tempat bantalan es menyusut dan menipis sejak awal 1990-an. Namun, perubahan itu baru menarik perhatian dunia akhir musim panas 2007 ketika kanal yang biasanya tertutup es, seperti Northwest Passage, bisa dilalui kapal. Banyaknya perairan terbuka yang menyerap lebih banyak panas daripada laut berlapis es bisa mempercepat pelelehan. Contoh sederhana lingkaran umpan balik ini adalah air yang mengalir ke dalam lubang udara anjing laut yang melelehkan lebih banyak es dalam area yang meluas. Saat ilmuwan di National Snow and Ice Data Center membandingkan prediksi model iklim dengan pelelehan Samudra Arktika yang sebenarnya, ternyata simulasi itu terlalu konservatif. “Esnya bukan hanya lebih rendah, namun berada di luar jangkauan model-model itu” kata Walt Meier, salah satu penulis dalam penelitian.

Cakupan es samudra Arktika akhir musim panas 2007 ada di titik terendah sejak survei es lewat satelit dimulai pada akhir 1970-an. Kombinasi beberapa faktor, termasuk angin selatan yang hangat dan jarangnya awan, menyusutkan es musim panas 1,3 juta kilometer persegi dari luas minimum sebelumnya pada 2005.