Menghitung Kerumunan Orang dengan Data Ponsel dan Twitter

By , Rabu, 27 Mei 2015 | 16:30 WIB

Ukuran kerumunan mungkin bisa diperkirakan berdasarkan informasi geografik dari ponsel dan Twitter, menurut sebuah studi baru.

Peneliti dari Warwick University mengamati kicauan atau ‘tweet’ yang menunjukkan lokasi penulisnya (geo-tagged) dan penggunaan ponsel selama dua bulan di Milan.

Di dua lokasi dengan jumlah pengunjung yang diketahui – sebuah stadium sepakbola dan sebuah bandara – aktivitas itu naik dan turun sesuai dengan arus manusia.

Tim itu mengatakan mereka bisa mengukur besar kerumunan orang pada suatu event besar seperti aksi protes atau demonstrasi.

Para peneliti lain menekankan bahwa masih terdapat limitasi dan bias pada data seperti ini–contohnya, hanya sebagian dari populasi menggunakan ponsel smartphone dan Twitter dan tidak semua wilayah mendapatkan layanan internet yang baik.

Namun peneliti studi ini mengatakan hasil yang diperoleh adalah “titik awal yang sangat baik” untuk membuat perkiraan lebih lanjut – dengan tingkat akurasi yang lebih – untuk masa depan.

“Ini adalah angka-angka – contoh kalibrasi – yang dapat kita olah,” kata salah satu peneliti Dr Tobias Preis. “Tentu akan lebih baik bila ada contoh dari negara-negara lain atau rentang waktu yang berbeda. Sifat manusia tidak sama di sekeliling dunia.

“Tapi ini adalah awal yang baik untuk memberikan perkiraan awal.”

!break!

Penonton stadion

Federico Botta, mahasiswa PhD yang memimpin penelitian ini, mengatakan bahwa pendekatan lewat ponsel ini memiliki beberapa manfaat lebih dibandingkan metode lain untuk memperkirakan jumlah orang di keramaian.

“Ini sangat cepat,” kata Botta ke BBC News. “Dia tidak bergantung pada penghitungan manusia, hanya tergantung pada data yang diperoleh dari ponsel atau aktivitas Twitter.”

Dengan dua bulan data yang diperoleh dari Telecom Italia sebagai bagian dari Big Data Challenge, Botta dan rekan-rekannya berfokus pada Bandara Linate dan stadion San Siro, markas klub AC Milan dan Inter Milan.

Mereka membandingan jumlah orang yang diketahui berada di lokasi itu, berdasarkan jadwal terbang dan penjualan tiket pertandingan, dengan tiga pengukuran aktivitias ponsel: jumlah panggilan telepon dan SMS, jumlah internet yang digunakan, dan volume tweets.

“Yang kita lihat adalah benar aktivitas itu…memiliki sifat yang sama dengan jumlah orang,” kata Botta.

Ini mungkin tidak mengherankan – namun khususnya di stadium sepak bola, para peneliti itu melihat pola yang sangat mirip hingga dapat membuat prediksi.Terjadi 10 pertandingan sepakbola dalam masa penelitian. Berdasarkan data dari sembilan pertandingan mana saja, para peneliti bisa memprediksi berapa jumlah orang yang datang melihat pertandingan ke-sepuluh hanya dengan bergantung pada data ponsel.

Namun apakah prediksi mereka akurat?

"Margin kesalahan rata-rata kami adalah sekitar 13%,” kata Botta. "Itu berarti antara estimasi kami dan jumlah nyata orang-orang yang hadir itu berbeda sekitar 13%.”

!break!

'Tidak tepat'

Ini lumayan bagus, kata tim peneliti, dibandingkan metode tradisional yang bergantung pada foto-foto, denah dan perkiraan manusia. Mereka mengacu pada contoh yang popular yaitu “Million Man March” pada tahun 1995 di Washington DC, di mana bahkan setelah penelitian mendalam hanya dapat menghasilkan estimasi dengan tingat akurasi 20% - setelah jumlah yang diperoleh menyebutkan angka dari 400.000 orang hingga dua juta.

Salah satu peneliti lainnya, Dr Suzy Moat, mengatakan hasil yang diperoleh dari stadion sepak bola itu bahkan lebih baik daripada yang diperkiran tim mereka.

“Ini adalah sesuatu yang Anda harap terjadi, dan biasanya Anda kurang beruntung jadi tidak melihatnya,” katanya kepada BBC. “Sangat mengejutkan bahwa kita melihat hasil yang sangat mirip antara data telekomunikasi dan perkiraan ukuran keramaian.”

Dr Ed Manley adalah pengajar di Centre for Advanced Spatial Analysis di University College London. Dia mengatakan teknik ini memiliki potensi dan kita harus bersikap “optimis namun berhati-hati” menggunakan data ponsel untuk itu.

“Kita memiliki data yang sangat banyak dan dapat diolah dengan berbagai cara… Namun kita harus berhati-hati dalam menggunakannya,” kata Manley.

Dia menjelaskan pentingnya mengingat bahwa data dari ponsel tidak akan mengukur populasi dengan tepat.

“Ada dua bias yang terdapat di sini. Siapa yang kita ukur dari data yang diperoleh?”

Twitter, contohnya, memiliki pengguna yang relatif muda dan makmur.

Manley juga mengatakan pentingnya memilih ukuran dengan lebih teliti karena orang-orang menggunakan ponsel untuk tujuan yang berbeda-beda di berbagai tempat – mungkin lebih banyak panggilan telepon di bandara dan lebih banyak tweet di pertandingan sepakbola, contohnya.

Dan yang paling penting, seluruh penelitian itu bergantung pada sinyal layanan telepon – yang terkenal dapat berubah-ubah di setiap lokasi, dan bisa saja hilang total.

“Jika kita bergantung pada data untuk informasi lokasi orang, apa yang akan terjadi bila ada kesulitan dengan cara pengumpulan data itu?” kata Manley.