Lebah Madu Timur Beri Tanda Khusus Ketika Diserang Lebah Raksasa

By Maria Gabrielle, Sabtu, 13 November 2021 | 15:00 WIB
Lebah raksasa (Vespa soror) menyerang koloni lebah madu timur (Apis cerana). (Heather Mattila / Wellesley College)

Nationalgeographic.co.id - Ada beragam cara yang dilakukan hewan untuk melindungi diri dari serangan musuhnya. Mulai dari berkamuflase, memutuskan bagian tubuh, hingga mengeluarkan sinyal unik seperti yang dilakukan oleh lebah madu timur atau asia (Apis cerana).

Dilansir dari Sci News, tim peneliti internasional telah mendokumentasikan sinyal vibroacoustic unik yang digunakan Apis cerana untuk memperingatkan anggota mereka ketika predator berbahaya seperti Vespa soror, spesies lebah besar (hornet) menyerang.

“Lebah madu asia menggunakan serangkaian strategi yang mengesankan untuk melindungi sarang dari serangan lebah besar, meskipun masih sedikit yang dipahami tentang bagaimana sinyal antipredator mengoordinasi pertahanan,” ujar Dr. Heather Mattila dari Wellesley College dan rekannya.

Dalam studi ini tim ilmuwan mempelajari interaksi antara lebah madu Apis cenara dan dua spesies lebah besar yaitu Vespa soror dan Vespa velutina di Vietnam. Mereka mengumpulkan video dan rekaman audio serangan lebah besar di peternakan lebah setempat.

Baca Juga: Lebah Juga Lakukan 'Social Distancing' untuk Melindungi dari Parasit

Studi ini telah dipublikasikan di The Royal Society Publishing dengan judul Giant Hornet (Vespa soror) attacks trigger frenetic antipredator signaling in honeybee (Apis cerana) colonies pada 10 November 2021. Para ahli mengidentifikasi total 29.985 sinyal dalam rekaman 1.307 menit yang dibuat di dalam koloni Apis cerana.

Dari jumlah tersebut, ada 345 sinyal yang terlalu singkat atau tidak jelas untuk dikarakterisasi, sehingga sinyal tersebut dihapus dari data. Tersisa 29.640 sinyal dikategorikan sebagai jenis sinyal yang dikenal atau baru.

Para ahli mengamati bahwa Apis cerana membuat suara kepada sesama lebah untuk mempertahankan diri dari serangan Vespa soror. Hannah Kernen, peneliti yang terlibat dalam studi mengatakan proses ini terkadang cukup sulit.

“Untuk setiap rekaman, kami harus menandai sinyal individual dengan manual dan kami meninjau kembali rekaman beberapa kali untuk memeriksanya lagi,” tutur Hannah Kernen.

“Sinyal ini mencolok dan memiliki sifat akustik yang dirancang untuk menarik perhatian anggota koloni, seperti suara tanda bahaya yang dimiliki kelompok mamalia dan burung. Untuk manusia yang mendengarkan lebah, suara mereka menyampaikan rasa urgensi yang terasa agak universal,” tambah Dr. Mattila.

Lebah mengeluarkan suara, tepatnya suara antipredator, dengan cepat ketika lebah besar berada tepat di luar sarangnya. Suara-suara ini memiliki kesamaan sifat dengan banyak tanda bahaya pada mamalia.

“Jadi, saat mamalia mendengarnya, ada sesuatu yang langsung dikenali sebagai pemberitahuan adanya bahaya,” kata Dr. Mattila.