Bagaimana Sosok Ibu Terbaik dan Terburuk dalam Karya Sastra

By , Kamis, 28 Mei 2015 | 10:55 WIB

Tokoh ibu dalam novel Stephen King, Carrie, ini disebut paling kejam oleh beberapa orang karena memperlihatkan cinta yang sangat 'tegas'.

Tokoh ibu Carrie ini diceritakan mengunci Carrie, putrinya, berjam-jam di dalam ruang kecil dan menyebut putrinya dihukum oleh Tuhan karena memiliki jerawat di wajahnya.

Tokoh ibu dalam novel semi-otobiografi Oranges are not the Only Fruit karya Jeanette Winterson, seperti halnya tokoh ibu dalam Carrie, juga sangat fanatik dalam beragama.

Ia membuat putrinya menjalani eksorsime atau upacara pengusiran setan.

Sementara itu novel Flowers in the Attic menceritakan tentang ibu yang sangat kejam dalam dua generasi.

Namun, yang berada di paling atas peringkat terkejam adalah Medea, perempuan jagoan dalam tragedi Yunani karya Euripides, yang membunuh dua orang anaknya sebagai pembalasan dendam setelah suaminya meninggalkannya untuk menikah dengan seorang putri.

!break!

Paling kuat:Helen Graham, The Tenant of Wildfell Hall

Walaupun sejumlah orang menyebut Medea sebagai naskah drama proto-feminis, tokoh perempuan jagoan lainnya dalam karya sastra membuktikan bahwa memang mungkin menjadi perempuan kuat yang bisa diteladani tanpa harus membunuh anaknya.

Untuk pembaca BBC Culture, Sarah Baach, perempuan itu adalah tokoh ibu dalam The Tenant of Wildfell Hall.

Novel kedua dan sekaligus terakhir karya Anne Brontë (yang menggunakan nama samaran Acton Bell) begitu mengejutkan, sehingga setelah meninggalnya Anne, adiknya Charlotte melarang diterbitkannya kembali buku itu.

Pertama diterbitkan pada tahun 1848, The Tenant of Wildfell Hall mengisahkan tentang seorang perempuan yang melarikan diri dari suaminya yang pemabuk serta suka main perempuan serta menghadapi risiko dikucilkan oleh masyarakat demi melindungi putranya yang masih kecil.

Dengan melarikan diri dari suaminya, Helen bukan saja menantang struktur sosial, tetapi juga melanggar hukum pada saat itu.