Bagaimana Sosok Ibu Terbaik dan Terburuk dalam Karya Sastra

By , Kamis, 28 Mei 2015 | 10:55 WIB

Seorang perempuan yang sudah menikah tidak bisa hidup sendiri secara independen, dan dengan membawa anaknya, ia bisa dikenai tuntutan melakukan penculikan.

Tindakan Helen ini bukan hanya menjadikannya sebagai ibu yang baik; tetapi juga membantu menyulut timbulnya gerakan.

May Sinclair, aktivis Suffragette (para perempuan yang menuntut diberi hak untuk ikut dalam pemilihan umum di akhir abad 19), mengatakan pada tahun 1913 keberanian Helen membanting pintu kamarnya untuk melarang masuk suaminya bergaung keras di masyarakat di zaman Victoria Inggris.

!break!

Paling penuh kasih sayang:Marilla Cuthbert, Anne of Green Gables

Walau dari luar kelihatannya merupakan sosok yang keras, ibu angkat gadis yatim piatu berambut merah Anne ini ternyata merupakan orang yang sangat lembut hati, seperti digambarkan dalam novel tahun 1908 itu.

Begitu menawannya Marilla, sehingga penulis novel Margaret Attwood menyebutkan bahwa Marilla merupakan tokoh utama dalam Anne of Green Gables: "Hanya Marilla yang mampu membuat sesuatu yang tak terbayangkan di awal buku ini.

Rasa cintanya yang makin mendalam, Anne, dan kemampuannya untuk mengekspresikan rasa cinta itu merupakan transformasi ajaib yang nyata.

Anne merupakan katalisator yang memungkinkan Marilla yang keras dan kaku untuk akhirnya dapat mengemukakan emosi manusianya yang lembut yang sudah lama terkubur."

!break!

Paling jagoan dalam menyatukan keluarga:Mrs Waterbury, The Railway Children

Meskipun memang cenderung untuk menjadi tokoh yang terlalu baik sehingga menjadi seperti orang suci, tokoh ibu atau yang disebut Marmee dalam novel Little Women mendapat sejumlah suara untuk diangkat sebagai salah satu tokoh ibu yang paling pandai menyatukan keluarganya saat suaminya bertugas di medan perang.

Namun ada seorang tokoh yang paling banyak dipuji karena memberikan gambaran yang lebih menyeluruh sebagai ibu tunggal, yaitu tokoh ibu dalam The Railway Children.

Menurut seorang pembaca BBC Culture, sang ibu dalam The Railway Children ini merupakan "tokoh ibu yang nyata, kuat tetapi juga rentan."

Dengan menghadirkan visi masa kanak-kanak yang diidealisasi, novel ini mengandung ketegangan antara penampilan dan realita – yang menurut sejumlah orang mencerminkan kehidupan pribadi penulis E Nesbit.

Suami Nesbit memiliki hubungan gelap dengan sahabat baik Nesbit, yang kemudian melahirkan dua orang anak yang dibesarkan oleh Nesbit sebagai anaknya sendiri.

Jenny Agutter—yang memainkan tokoh Roberta di film yang dibuat berdasarkan buku ini pada tahun 1970, dan kemudian juga memainkan tokoh ibu di produksi tahun 2000,—pernah mengatakan bahwa, "Kehidupan Nesbit selalu tidak stabil. Yang membuatnya bertahan adalah keyakinannya bahwa akan ada jalan keluar pada akhirnya ... Dengan latar belakang kehidupan keluarganya sendiri yang tegang dan rumit, ia menulis cerita tentang keluarga yang bersatu dengan kuat."